Akhir-akhir ini ada tren untuk
membuat terkenal orang yang bersalah. Caranya dengan share informasi dan
fotonya di media sosial. Dalam share itu, disebutkan juga himbauan untuk share
sebanyak-banyaknya supaya ybs terkenal dan kemudian mendapatkan sanksi atas
perbuatannya.
Saya mulai mengamati tren ini ketika
ada singa jantan bernama Cecil yang diburu sampai mati. Cecil, singa jantan
yang gagah penghuni Taman Nasional Hwange, Zimbabwe, ditemukan tewas dengan
kepala terpenggal dan badan yang dikuliti. Tragis sekali. Yang membuat sedih,
perburuan itu ternyata legal. Pemburu Cecil tidak dapat diadili karena memiliki
dokumen lengkap.
Para konservasionis di seluruh dunia
sangat geram. Gerakan untuk menuntut supaya pemburu Cecil dihukum bergaung di
seluruh dunia. Gaungnya bahkan sampai ke sini, tempat yang jaraknya ribuan
kilometer dari tempat tinggal Cecil. Wajah pemburu Cecil mendadak terkenal di
seluruh dunia. Saya pun sampai hapal wajahnya yang tersenyum memuakkan.
Setelah Cecil, ada beberapa
peristiwa lain yang disebarkan di medsos. Antara lain beruang dan kucing hutan.
Ada juga yang menangkap beberapa primata. Pesan yang mengiringi tersebarnya
foto ini hampir sama, membuatnya terkenal supaya mendapatkan sanksi. Entah itu
sanksi pidana atau sanksi sosial dari media sosial.
Saya sempat tergoda untuk turut
menyebarkan kabar ini. Terus terang, saya cukup geram melihatnya. Saya termasuk
pemerhati dunia fauna. Menurut saya, anggota Kingdom Animalia itu sangat
mengagumkan dan membuat kita semakin sempurna sebagai manusia. Akhirnya saya
memutuskan untuk tidak ikut-ikutan tren menyebarkan berita tentang orang-orang
yang bersalah itu.
Keputusan ini saya ambil setelah
menenangkan diri dan ranpa sengaja memikirkannya. Menyebarkan kelakuan yang tak
terpuji bisa jadi malah menambah popularitas perbuatan itu, perburuan hewan.
Kalau ini yang terjadi, sudah jelas melenceng dari yang saya harapkan. Lebih
baik saya memusatkan perhatian kepada hal lain yang lebih berguna. {ST}