Saya cukup sering makan siang di
meja kerja saya. Seperti juga orang-orang di seluruh dunia pada saat ini, saya
juga sering mengecek telepon genggam saya. Itu pula yang saya lakukan ketika
sedang mengunyah makanan. Saya mengecek perbincangan yang terjadi di WhatsApp,
BBM, dan juga SMS. Sesekali saya juga mengecek email. Nah, khusus mengecek
email ini sebenarnya bisa dilakukan di komputer, yang letaknya tidak jauh dari
tempat saya biasa makan. Namun, tetap aja, yah, ngecek email di HP.
Beberapa hari ini saya mengubah
kebiasaan saya. Saya membaca ensiklopedia dan buku referensi ketika jam makan
siang tiba. Sebenarnya perubahan ini terjadi tanpa sengaja. Awalnya saya
mendapat tugas untuk menulis pengetahuan pada sebuah majalah anak tempat saya
numpang berkarya. Untuk dapat melaksanakan tugas ini, saya harus mencari tahu
lebih dulu. Namanya juga pengetahuan, yang menulis harus lebih dulu tahu
dibandingkan yang membacanya.
Saya merasa cukup terbeban untuk
menulis pengetahuan ini. Biasanya waktu penulisannya agak lebih lama
dibandingkan dengan rubrik lainnya. Saya perlu lebih banyak waktu untuk
belajar, untuk mengetahui lebih banyak tentang topik tersebut. Jadi, ketika
tiba saatnya mengetik, saya sudah tahu akan menulis apa. Paling enggak,
pokok-pokok pikirannya sudah ada.
Sumber pengetahuan yang paling baik
adalah ensiklopedia. Selain ensiklopedi online di internet, saya juga mencari
buku di perpustakaan. Ensiklopedia dalam bentuk buku uraiannya lebih banyak.
Pengetahuan yang didapat pun lebih banyak. Selain itu, saya juga membaca
beberapa buku referensi lainnya. Waktu yang saya pilih adalah saat makan siang.
Dengan demikian, ensiklopedi menjadi menu makan siang saya. {ST}