Ana

Kamis, 17 September 2015

Bapak Tua Penjual Buah




            Saya sering bertemu dengan seorang bapak tua penjual buah dalam perjalanan saya ke kantor. Sepertinya ada yang sama dalam rute perjalanan kami. Bapak itu mengendarai sepeda yang di bagian belakangnya ada wadah untuk meletakkan buah-buah dagangannya. Bapak tua itu menjual sukun, pepaya, dan pisang.

            Awalnya, yang menarik perhatian saya adalah barang dagangannya. Bapak ini menjual buah sukun, salah satu buah kesukaan saya. Buah ini cukup jarang ditemukan di toko buah, pasar ataupun supermarket. Perhatian saya mulai beralih kepada bapak tua itu ketika saya terpaksa melambatkan laju di Mocil. Saat itulah saya mengamati kalau lelaki yang sering saya lihat itu ternyata sudah tidak muda lagi. Sudah banyak keriput yang menghiasi wajahnya. Dia sudah layak disebut kakek.

            Suatu pagi, saya bertemu kembali dengan bapak ini. Kali ini saya memutuskan untuk membeli dagangannya. Saya berhenti beberapa meter di depannya. Dengan melambaikan tangan, saya mencoba menghentikan laju sepeda bapak itu. Seperti juga pedagang lainnya, bapak itu menawarkan barang dagangannya kepada saya.

            Dari awal, saya sudah mengincar buah sukun. Karena itu, buah inilah yang saya tanyakan. Satu buah sukun itu dijual dengan harga Rp 35.000. Seperti yang terjadi ketika berhadapan dengan kakek tua penjual kacang, kali ini pun saya kehilangan kemampuan menawar saya. Baca: Kakek Tua Penjual Kacang



Tanpa menawar, saya pun langsung berniat membeli buah sukun itu. Saya pilih yang ukurannya paling besar dan kulitnya paling bersih. Saya pun mengeluarkan uang Rp 50.000 berwarna biru. Selagi mengemas buah yang saya beli, bapak itu juga menawarkan dagangan lainnya. Dia menawarkan pisang dan pepaya. 

Saat itu, saya memilih pisang. Saya pikir harganya akan menggenapi menjadi Rp 50.000. Ternyata tidak. Harga sesisir pisang dagangannya Rp 25.000. Seperti kejadian sebelumnya, saya juga kehilangan kemampuan menawar saya. Saya malah berjalan kembali ke mobil untuk mengambil tambahan uang. Total belanja saya Rp 60.000. Uang yang saya bawa sebelumnya tidak cukup.

Ketika mengambil uang di mobil itulah saya sempat memotret sosok bapak tua ini. Saya memotretnya tak jauh dari sebuah apotek bernama Bahagia. Sekalian saya juga mendoakan semoga bapak itu bahagia menjalani kehidupannya yang sepertinya lebih keras dari kehidupan saya. Saya juga mengunggah foto bapak ini ke Facebook. Selain untuk menyebarkan kekaguman saya, saya juga berharap teman-teman lain turut mendoakan bapak ini. Syukur-syukur bisa menjadi pembeli buah dagangannya dan menambahkan rezeki bapak itu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini