Suatu
kali pemimpin redaksi di majalah tempat saya numpang berkarya meminta saya
menulis tentang penghargaan yang diterimanya. Penghargaan ini diberikan oleh
Komisi Perlindungan Anak Indonesia kepada majalah anak-anak yang sudah 42 tahun
terbit di Indonesia itu. Mbak Pemred menerima penghargaan itu mewakili majalah
yang dipimpinnya. Untuk menuliskan peristiwa yang tidak saya hadiri, saya harus
mencari sumber informasi lain selain keterangan dari Mbak Pemred. Saat itu,
entah mengapa tidak ada siaran persnya. Pencarian informasi itu sangat terbantu
dengan adanya internet. Artikelnya bisa dibaca di sini.
Hari
itu, KPAI memberikan penghargaan kepada 11 pihak, ada yang perusahaan,
organisasi maupun individu orang. Selain majalah Bobo, ada 1 orang lagi yang menarik
perhatian saya. Namanya Muhammad Jujur.
Saya
bertanya-tanya sendiri mengapa dia bisa mendapatkan penghargaan dari KPAI.
Apakah karena dia jujur seperti namanya? Jujur sebenarnya adalah kewajiban semua
manusia beradab. Apakah karena kejujuran makin langka, sehingga orang yang
jujur layak mendapatkan penghargaan? Kalau memang karena kejujurannya, mengapa
yang memberikan adalah badan yang mengurusi anak-anak?
Pertanyaan-pertanyaan
itu segera terjawab tak lama setelah saya mencari informasinya di internet.
Muhammad Jujur mendapat penghargaan bukan karena kejujurannya, tetapi karena ia
telah menciptakan banyak sekali lagu anak-anak. Seniman kelahiran
Padangpanjang, Sumatra Barat ini telah menciptakan 300-an lagu anak-anak.
Pak
Jujur terlahir di keluarga yang berdarah seni. Ibunya adalah seorang
koreografer tarian Minang yang membuat gerakan-gerakan yang berasaskan gerakan
pencak silat. Sebelumnya, tarian Minang lebih sperti tarian melayu. Pada usia
10 tahun, Pak Jujur ditinggal ibunya untuk selamanya. Sang ibu wafat dalam
kecelakaan pesawat yang tidak diketahui penyebabnya. Kejadian itu terjadi pada
tahun 1971. Yeah… Sampai sekarang pun masih ada saja kecelakaan pesawat yang
tidak diketahui sebabnya, bahkan tidak diketahui sisa-sisanya.
Sejak
kecil, Pak Jujur gemar memainkan gitar. Dengan gitarnya, ia menciptakan ratusan
lagu untuk anak-anak. Beberapa lagu itu ada yang direkam dan dibuat video
klipnya. Rekaman ini dibagikan secara cuma-cuma di Padangpanjang.
Seperti juga para pria Minang
lainnya, Pak Jujur merantau keluar dari kampung halamannya. Dia mencari
kehidupan yang lebih baik di tempat lain selama lebih dari 30 tahun. Setelah
itu, Pak Jujur kembali ke kampung halamannya, Padangpanjang, kota kecil nan
sejuk itu. Sekarang Pak Jujur hidup sederhana. Ia mencari nafkah dengan
menjajakan gorengan di sekolah-sekolah. Pak Jujur juga tentu saja mengisi
waktunya dengan bermain musik.
Dari informasi yang saya dapatkan
dari wikipedia itu, tidak ada foto Pak Jujur ataupun hasil karyanya. Penasaran
juga pingin tahu bagaimana orangnya dan lagu seperti apa yang diciptakannya.
Tiga ratus lagu bukanlah jumlah yang sedikit. Pasti perlu waktu, pemikiran, dan
juga kecintaan sampai bisa membuat sesuatu sebanyak itu.
Sampai saat ini, tidak banyak
pencipta lagu khusus anak-anak di negeri ini. Ada beberapa orang yang saat ini
sudah almarhum. Kalaupun ada yang masih hidup, sudah berusai lanjut dan tidak
lagi produktif. Entah mengapa tidak terlalu banyak orang yang tertarik untuk
membuat lagu khusus anak-anak. Entah karena minatnya tidak ada atau karena
memang peluang bisnisnya tidak sebesar jenis lagu lainnya.
Dengan membuat lagu anak sebanyak
itu, pantas saja kalau Pak Jujur mendapatkan penghargaan dari badan yang mengurusi
anak-anak. Walaupun tidak tahu banyak, saya pun sanagt menghargai Pak Jujur.
Membuat 1 lagu anak-anak saja sudah cukup untuk mendapatkan penghargaan dan
rasa kagum saya, apalagi dengan karya yang lebih dari 300-an. Salut buat Pak
Jujur. Semoga saja hidupnya selalu diberkati sehingga dapat selalu menjadi
berkat sampai akhir hidupnya. {ST}