Ana

Kamis, 13 Agustus 2015

Merdeka Menggunakan Waktu




            Salah satu wujud kemerdekaan yang sampai saat ini saya yakini dan jalankan adalah kemerdekaan menggunakan waktu. Saya bebas untuk menentukan waktu yang saya miliki digunakan untuk apa.
            Semua makhluk yang hidup di Bumi memiliki jatah waktu yang sama dalam setiap harinya, 24 jam. Namun, tidak semua orang bisa melakukan hal yang sama banyaknya. Ada yang melakukan banyak hal, ada juga yang melakukan sedikit saja. Atau ada juga yang melakukan banyak hal, sibuk sekali, namun tanpa hasil.
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya (Pengkhotbah 3:1)
            Beberapa tahun belakangan ini, saya berusaha makin disiplin menggunakan waktu. Caranya dengan membagi waktu itu dengan batas-batas tertentu yang saya jalani secara disiplin. Bila memungkinkan, penggunaan waktu itu saya rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kalau sampai ada penyimpangan saat pelaksanaan, baru deh improvisasi.
Yang menjadi fokus utama saya adalah waktu kerja. Saat waktunya bekerja, saya akan fokus bekerja dan menghindar dari hal-hal yang “mengganggu”. Saya juga berusaha untuk tepat waktu. Dengan tepat waktu, biasanya kegiatan akan berjalan tidak jauh meleset dari rencana. Tepat waktu juga adalah cerminan dari penghargaan dan ucapan syukur saya atas waktu yang telah diberikan Tuhan. Istilah kerennya saya cukup bisa mengelola waktu. Dengan mengelola waktu, saya bisa melakukan lebih banyak hal, dan masih memiliki waktu untuk diri saya sendiri.
Hal-hal yang “mengganggu” bagi saya belum tentu dipandang sama oleh orang lain. Contohnya ada orang yang menelpon bermenit-menit untuk menawarkan barang yang tidak saya perlukan. Bagi saya, itu adalah hal yang cukup mengganggu. Demikian pula halnya bila ada yang terlambat dan tidak menyadari kalau waktu yang dia lewatkan penting bagi orang lain.
Ada pula orang yang menelpon saya untuk mengobrol ngalor ngidul. Obrolan yang cukup lama itu dalam rangka menggunakan fasilitas gratis yang diberikan oleh operator telepon yang kami gunakan. Nah, yang ini sepertinya agak salah sasaran kalau yang ditelpon adalah saya. Ngobrol ngalor ngidul bagi sebagian orang, terutama perempuan adalah hal yang menyenangkan. Kadang-kadang hal itu juga cukup menyenangkan bagi saya, terutama bila teman ngobrolnya adalah orang yang saya kenal baik. Tidak demikian halnya bila yang menelpon adalah orang yang kenalnya enggak dekat-dekat amat, terus yang diomongin adalah keburukan orang lain. Wah, enggak, deh. Kalau untuk hal yang ini, bukanlah hal yang tepat untuk menelpon saya. Saya jelas-jelas enggak suka dan enggak bersedia pula memberikan waktu untuk melakukan kegiatan semacam ini.
Di bulan Agustus ini, di bulan perayaan kemerdekaan Indonesia, saya hanya ingin mengingat dan menghayati kemerdekaan yang saya miliki, terutama kemerdekaan waktu. Walaupun saya tetap terikat dengan orang lain dan, saya tetap memiliki hak untuk bebas mengatur waktu yang saya miliki. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini