Ana

Kamis, 20 Agustus 2015

Menulis Buku dari Sekarang




            Hari Rabu, 19 Agustus 2015, saya mendapat tugas untuk menghadiri konferensi pers tentang persiapan kontingen Indonesia menuju Frankfur Book Fair. Di tahun 2015 ini, Indonesia menjadi tamu kehormatan pada FBF 2015. Sebagai tamu kehormatan, Indonesia akan mendapat tempat khusus dan mengirimkan sejumlah penulis ke Frankfurt.
            Ada 79 orang penulis yang akan dikirimkan untuk menjadi duta Indonesia di pameran buku terbesar di dunia itu. Lebih dari setengah penulis itu, ada 44 orang, menerbitkan karyanya bersama dengan penerbit Gramedia. Itu pulalah sebabnya mengapa saya diundang ke konferensi pers itu. Laporannya bisa dibaca di sini.

            Pada saat acara itu berlangsung, bertepatan dengan jam makan siang. Saya duduk berdekatan dengan seorang penulis buku anak. Saya memang pernah melihat sekilas buku-buku tulisannya di toko buku. Namun, saya tidak pernah membeli bukunya. Beberapa buku dari penulis ini memang dijual dengan harga yang cukup mahal.
            Dalam obrolan kami itu, dia bercerita bagaimana asal mulanya dia menulis buku. Awalnya karena dia membaca karya penulis lain. Penulis lain yang dia maksud ternyata orang yang saya kenal juga. Membaca buku anak karangan penulis lain itu menimbulkan minatnya untuk mencoba menuliskan ceritanya sendiri.
            Berawal dari buku pertamanya itu, dia seperti kecanduan untuk terus berkarya dan membuat karya yang lebih baik. Sekarang, dia sudah tidak ingat lagi berapa karyanya. Menurut editor di perusahaan penerbitnya, buku-buku tulisan penulis ini termasuk dalam best seller.
            Sang penulis ini juga bercerita kalau dia suka membaca cerita Bona, si gajah kecil berbelalai panjang. Saya langsung tersentak mendengarnya. Itu, kan, cerita karangan saya, dan dia suka membacanya. Seneng juga hehehe…
Dia juga mengatakan kalau semua orang itu sebenarnya bisa menulis. Saya juga menyetujui pendapat ini. Menurut saya, semua orang itu memang bisa menulis. Apalagi pelajaran menulis itu adalah pelajaran dasar. Baca tulis hitung alias calistung adalah pelajaran dasar untuk banyak sekali pengetahuan. Orang yang mengaku tidak bisa menulis mungkin maksudnya tidak bisa menulis dengan baik, atau tidak terbiasa menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.
“Ayo, nulis buku!” kata penulis itu di sela-sela kegiatan mengunyah kami siang itu.
“Iya, Mbak. Ayo nulis buku anak. Di penerbit kami, 70%-nya adalah buku anak. Naskahnya ditunggu, lo,” sambung mbak editor.
Saya hanya tersenyum sambil bertekad bahwa saya akan segera menulis buku saya sendiri. Terlatih menulis artikel dan blog setiap hari sudah menjadi ajang latihan bagi saya untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Tinggal tunggu tanggal mainnya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini