Ana

Minggu, 09 Agustus 2015

Menikah Sebelum Mapan (?)




            Seorang kenalan saya mengungkapkan pendapatnya di Facebook. Dia menyatakan kalau dia mendukung pernikahan dilakukan sebelum mapan. Dari sepotong statusnya itu, dia menjelaskan alasannya mendukung pernikahan diawali sebelum mapan. Pernikahan itu akan diawali dengan perjuangan. Kalau perlu hidup numpang orang tua dulu.
Anak yang dilahirkan dalam keluarga itu akan lahir ketika dia belum terlalu tua. Mereka akan tumbuh dalam keterbatasan karena orang tuanya yang belum mapan. Dengan demikian mereka akan belajar tentang perjuangan. Diharapkan orang tuanya belum terlalu uzur ketika anak-anaknya menginjak masa dewasa.
Saya tidak tahu apakah yang dia maksud sebelum mapan itu artinya sudah lulus sekolah atau menjadi kaya raya dan tidak kekurangan materi. Saya juga tidak bertanya lebih jauh. Agak-agak malas juga membahasnya. Lagipula sebenarnya itu bukanlah urusan saya.
Kalau menikah sebelum memiliki penghasilan, itu sih saya tidak setuju. Kok, menikah malah menyusahkan. Terutama menyusahkan orang tua. Tanggung jawab orang tua sebenarnya selesai ketika mengadakan hajatan pernikahan anaknya. Paling tidak ada sumber penghasilan untuk menghidupi keluarga baru yang seharusnya mandiri itu. Cukup atau tidak cukupnya tergantung dari gaya hidup yang dipilih oleh pasangan yang memulai kehidupan baru itu. Tidak jarang ada orang yang harus menurunkan standar gaya hidupnya ketika menikah.
Ada juga beberapa orang yang menikah karena “kecelakaan”. Mereka menikah karena sudah terlanjur hamil. Demi mengikuti norma yang berlaku di negeri ini, maka biasanya mereka dinikahkan. Di negeri ini, hampir tidak ada pilihan untuk menjadi orang tua tunggal. Pernikahan ini biasanya dilakukan sebelum sang jabang bayi dilahirkan ke dunia. Cukup banyak pernikahan seperti ini yang bisa bertahan sampai maut memisahkan, namun lebih banyak lagi yang terpisah ketika ada masalah yang tidak berhasil diselesaikan. Beberapa kenalan saya cukup banyak yang tidak lagi hidup bersama pasangannya yang telah memberikannya anak pertama itu.
Banyak juga pernikahan sebelum mapan yang menghasilkan banyak anak. Karena pengetahuan atau kepercayaan tertentu, jumlah anak dalam keluarga ini tidak dibatasi. Anak-anak kecil itu sudah memiliki adik tak lama setelah mereka belajar berjalan. Ada banyak anak dalam satu keluarga dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Masing-masing anak tidak mendapatkan cukup perhatian yang mereka butuhkan selama masa pertumbuhan mereka.
Bila maksudnya untuk mengajarkan anak semangat berjuang, bisa juga dilakukan ketika ortunya sudah mapan. Itu semua tergantung pilihan orang tuanya dalam mendidik anaknya. Kalau memberikan apa saja yang diinginkan oleh anak, maka anak akan menjadi anak yang manja dan tidak akan bisa hidup mandiri. Masih ada pilihan lainnya untuk mendidik anak. Membuat anak memiliki semangat juang dapat dikondisikan dalam kehidupan dan pertumbuhannya sehari-hari.
Sampai sekarang, saya masih berpendapat kalau pernikahan sebelum mapan itu tidak baik dilakukan. Terutama bila ukuran mapannya berarti memiliki penghasilan sendiri dan matang secara mental. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini