Saya memilih menjadi seorang penjaga
perpustakaan di gereja kami. Tugas saya adalah melayani pelanggan yang datang
untuk meminjam dan mengembalikan buku. Bila tidak ada orang yang datang, saya
bertugas merapikan buku dan menginput data buku. O ya, input data buku ke
sistem komputer ini baru-baru saja lho dilakukan di perpustakaan yang menjadi
bagian di gereja tua ini. Sebelumnya, data buku itu berada di dalam buku induk
yang bentuknya benar-benar buku, dan ditulis dengan tangan.
Saya memilih pelayanan ini karena
saya suka membaca dan saya meyakini sangat banyak kebaikan yang akan terwujud
kalau banyak orang yang suka membaca. Buat saya, menjadi penjaga perpustakaan adalah
hal yang penting. Bahkan menjadi prioritas untuk menggunakan waktu di hari
Minggu.
Pilihan saya ini kerap dianggap
remeh oleh kebanyakan orang, terutama yang tidak suka membaca dan tidak suka
buku. Saya sering diajak untuk melakukan hal yang yang dianggap lebih penting.
Kalau saya berdalih tidak bisa ikut bergabung karena sedang menjaga
perpustakaan, ada beberapa yang menanggapinya dengan, “Kan, cuma jaga perpus?”
Bagi mereka, menjaga perpustakaan
yang sepi pengunjung itu memang “cuma”. Banyak sekali yang menganggap mengurusi
urusan yang dihadiri oleh banyak orang itu lebih penting. Namun tidaklah
demikian pendapat saya. Menurut saya, menjaga perpustakaan adalah hal yang
penting. Saya sudah menyiapkan waktu khusus minimal sebulan sekali untuk
melakukannya.
Bacaan dari
perpustakaan akan membuka wawasan dan membuat pembacanya memiliki pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan sebelumnya.
Pengetahuan adalah adalah permulaan dari hikmat untuk bisa membedakan
mana yang baik dan yang tidak baik. Pengetahuan juga yang membuat kita bisa
memilih dan menentukan prioritas yang berguna. Dan itu adalah sesuatu yang saya
anggap sangat penting.
Membaca bagi
sebagian orang, kebanyakan orang dewasa,
memang tidak lagi penting. Saya juga tidak bisa memaksa bila ada orang
yang memilih untuk tidak membaca. Itu hak mereka. Dan mereka juga tidak bisa
memaksa saya untuk menganggap emmbaca itu tidak penting. Iya, kan? {ST}