Ana

Rabu, 05 Agustus 2015

Ide Menulis Fiksi




            Saat ini, saya sering mendapat order membuat cerita fiksi untuk anak-anak. Cerita ini adalah cerita bergambar. Kalau dilihat-lihat, ceritanya sangat sederhana. Hanya ada beberapa frame gambar dengan 2 baris kalimat. Paling banyak 3 baris kalimat.

            Setelah dijalani, ternyata tidak selalu mudah dilakukan. Cerita yang ada harus dipadatkan dan harus dapat digambar. Bahasa yang digunakan harus sangat sederhana. Tidak boleh terlalu banyak penjelasan. Penjelasan ada di dalam detail gambarnya, bukan di naskahnya. Setiap gambar memiliki ceritanya sendiri yang bersambung dengan cerita selanjutnya.

Yang sering menjadi kendala adalah ide. Ide tidak selalu tersedia di pikiran walau sebenarnya bertebaran. Kadang-kadang, bisa muncul banyak ide sekaligus. Kadang-kadang enggak ada sama sekali.

Kalau lagi banyak ide yang muncul, harus cepat-cepat dicatat supaya tetap ingat. Kalau dibiarkan saja, sering melayang entah ke mana. Tips ini saya dapatkan dari teman saya yang sudah 10 tahun menjadi penulis fiksi. Kalau dibandingkan dengan dia, tulisan saya belum ada apa-apanya, secara kualitas dan kuantitas.

Ada beberapa pengarang fiksi yang hanya bisa menulis bila sudah mendapatkan inspirasi atau ide. Kadang-kadang, saya juga seperti itu dalam pembuatan fiksi. Beda halnya dengan penulisan nonfiksi, saya bisa memaksa diri untuk menulis hampir setiap hari. Beberapa tulisan itu saya tampilkan di blog ini. Baca aja sendiri.

Sekarang, nih, saat saya menuliskan catatan ini, saya lagi kehabisan ide untuk cerita fiksi. Pernah ada 2 ide yang belum sempat saya jadikan tulisan. Ide itu secara perlahan mati di pikiran saya. Sekarang, saya tidak ingat lagi apa yang pernah saya karang ketika sedang berada di kamar mandi itu. Membuat catatan harian berisi pikiran saya seperti ini biasanya akan bisa memancing kembali kemunculan ide itu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini