Ana

Selasa, 04 Agustus 2015

Hadiah dari Papah




            Beberapa hari sebelum ulang tahun saya, Papah menelpon saya. Dia menanyakan tentang kirimannya. Dia mau memastikan kiriman itu datang sebelum hari Selasa. Hari Selasa adalah hari ulang tahun saya. Ya, tahun ini tanggal 4 Agustus jatuh pada hari Selasa.
            Sudah bisa ditebak kalau barang kiriman itu adalah hadiah ulang tahun. Saya menebak kalau Papah akan mengirimkan kain motif Dayak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kain-kain itu sampai sekarang masih belum saya jahit karena belum menentukan model bajunya.
            Hari Minggu siang, 2 Agustus 2015, barang kiriman Papah itu sampai di rumah kami. Saya tersenyum terharu melihat nama kami ada di bagian tujuan dan pengirimnya. Saya terharu karena Papah niat banget memberikan hadiah kepada anaknya.
            Saya teringat bertahun-tahun yang lalu, saya pernah merasa kehilangan Papah karena dia tidak ingat hari ulang tahun saya. Bapak yang selalu mengingat ulang tahun saya adalah bapaknya tetangga saya, bukan bapak saya. Namanya Om Joris. Saat ini Om Joris sudah dipanggil Tuhan. Tugasnya di dunia sudah selesai. Dan saat itulah saya mendapatkan kembali bapak saya yang sebenarnya.
            “Jangan-jangan Papah enggak ingat kita anaknya yang keberapa,” itu adalah ungkapan becandaan kami kalau Papah melupakan hari ulang tahun anak-anaknya. Candaan ini, walaupun diucapkan dengan tertawa terkekeh-kekeh, tetap saja pedih di hati.
            Beberapa tahun belakangan ini, sebenarnya Papah cukup ingat dengan ulang tahun anak-anaknya. Itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi saya. Bagi orang yang bertahun-tahun “tidak peduli” dan sudah berusia lanjut, mengingat ulang tahun bukanlah hal yang mudah. Apalagi masih ditambah dengan membeli kado dan membungkusnya. Enggak banyak cowok-cowok di dunia ini yang mau melakukannya.
            Melihat kado dari Papah yang dibungkus koran itu buat saya lebih berharga dibandingkan setumpuk uang atau sederetan cowok ganteng. Bukan harganya yang menentukan, tetapi nilainya. Hadiah dari Papah itu nilainya sangat besar bagi saya.
            Papah mengirimkan hadiah tas berbahan rotan. Lihat, deh, fotonya. Bagus, kan? Saya memang suka memakai tas berbahan rotan. Saya punya beberapa tas rotan dan rutin memakainya dalam beberapa kesempatan. Saya juga sering memakai tas rotan dengan model selempang milik almarhumah nenek saya. Enggaka da yang tahu kalau tas ini sebenarnya super jadul karena tas selempang sekarang sedang ngetren.
            Tas hadiah dari Papah itu langsung saya pakai sore harinya. Sore hari itu, saya bertugas menjadi liturgos di gereja. Saya membawa tas kecil berbahan rotan itu dengan perasaan bangga dan penuh syukur. Saat doa Bapa Kami dilantunkan, rasanya Bapa tidak hanya berada di surga, tetapi juga ada di Bumi. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini