Ana

Minggu, 16 Agustus 2015

Dongeng Adalah Gizi Bagi Kalbu




            Di Sabtu sore yang cerah itu, tanggal 15 Agustus 2015, saya menyempatkan diri untuk melihat pertunjukan dongeng. Pertunjukan dongeng ini diadakan di Galeri Indonesia Kaya yang terletak di pusat perbelanjaan Grand Indonesia. Saya datang untuk menikmati dongeng dan juga belajar dari si pendongeng.
            Ada beberapa dongeng yang terangkai dalam acara bertajuk Alkisah itu. Di hari Sabtu itu, dongeng dibawakan oleh Poetri Soehendro. Ada 2 judul yang dibawakannya yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih, dan Timun Mas.
            Mbak Poetri membawakan dongeng ini dengan menggunakan boneka tangan. Boneka tangan ini membuat cerita yang dibawakannya lebih hidup dan seru karena seakan ada dialog antara beberapa orang. Selain dialog tokoh-tokohnya, ada juga narator dan komentatornya. Semuanya diperankan oleh orang yang sama.
            Dalam acara itu, Mbak Poetri beberapa kali mengungkapkan kalau banyak dongeng yang harus direvisi karena tidak memiliki nilai yang baik. Mbak Poetri juga mengatakan kalau dongeng adalah gizi bagi kalbu. Apa yang didengar melalui dongeng akan tertanam dan membentuk budaya bangsa itu. Karena itulah ada beberapa dongeng yang perlu direvisi
Misalnya saja dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih. Begitu mendengar cerita ini, kebanyakan orang langsung teringat pada ibu tiri yang jahat. Padahal, kan, enggak semua ibu tiri itu jahat. Banyak juga ibu tiri yang baik. Stigma ibu tiri yang jahat juga menambah beban para perempuan yang bernasib menjadi ibu tiri. Begitu pula dengan cerita di kancil. Cerita ini mengajarkan untuk mencuri timun. Pantas saja kalau banayk orang yang tidak merasa bersalah untuk mencuri karena sedari kecilnya sudah “diajarkan” untuk mencuri oleh di kancil.
Pada akhir acara, saya dan beberapa teman pers mewawancarai Mbak Poetri. Wawancara ini dilakukan secara keroyokan. Saya jadi tidak terlalu banyak bertanya karena apa yang kami tanyakan sebenarnya hampir mirip-mirip aja. 5W 1H ala jurnalis.
Dari cerita Mbak Poetri, saya baru tahu kalau dia memiliki kepedulian sendiri tentang dongeng yang dibawakan oleh ibu. Menurut Mbak Poetri, pendongeng yang terbaik adalah ibu sendiri. Saya sempat berpikir tentunya Mbak Poetri sering mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh ibunya sendiri. Ternyata enggak, lho. Mbak Poetri hanya sekali didongengi oleh ibunya. Ceritanya adalah Cinderella. Ibu Mbak Poetri adalah wanita karir yang sibuk dan tidak memiliki banyak waktu untuk anak tunggalnya itu. Mbak Poetri tidak pernah melupakan pengalaman itu.
Kegiatan mendongeng Mbak Poetri awalnya dilakukan saat ia menjadi penyiar di sebuah radio. Mbak Poetri mendongeng dalam siaran yang diudarakan pada pagi hari itu. Siaran dongeng ini disukai oleh banyak orang. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun banyak yang suka.
Setelah tidak lagi menjadi penyiar, Mbak Poetri tetap melanjutkan kegiatan mendongengnya dalam acara-acara off air. Kadang-kadang, Mbak Poetri membuat sendiri cerita yang akan dibawakannya, disesuaikan dengan acara dan juga orang-orang yang menyimaknya.
Mbak Poetri menggunakan akhir pekannya untuk mendongeng. Dia mendongeng untuk anak-anak yang kurang mendapat kesempatan mendengar dongeng. Mbak Poetri juga bercita-cita supaya semua ibu mau mendongeng untuk anak-anaknya. Mengapa demikian? Karena dongeng adalah gizi bagi kalbu. Dongeng sama pentingnya dengan karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin bagi tubuh. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini