Tanpa
sengaja saya membaca sebuah judul berita tentang seorang tentara yang mendadak
lunglai ketika melihat jenazah anaknya. Tidak hanya 1 orang anak, tetapi
sekaligus 2. Tentara itu bernama Bapak Sahata Sihombing, yang bertugas di Natuna.
Kedua
anaknya, Ester dan Rita, menjadi korban dalam musibah jatuhnya pesawat Hercule
C-130 di Medan. Kedua anaknya ini memang tinggal di Medan. Mereka mau
mendatangi orang tuanya yang bertugas di Natuna karena sedang libur sekolah.
Kedua anak yang belum genap berusia 20 tahun itu memilih untuk naik oesawat
Hercules karena biasanya ada pengurangan biaya untuk anak tentara.
Pak
Sahata, dikabarkan tetap tenang ketika mendapat kabar jatuhnya pesawat yang
ditumpangi oleh anaknya itu. Entah karena dia tentara, atau dia kepala keluarga,
ketenangannya memang diperlukan untuk menenangkan keluarga lainnya. Pak Sahata
masih berjalan dengan langkah tegap ketika tiba di rumah sakit tempat jenazah
anaknya. Namun ketenangannya itu runtuh seketika saat melihat jenazah kedua
anaknya.
Tentara
yang biasanya tegas itu sesenggukan menangis. Langkah tegapnya menghilang.
Bapak Sihombing ini sampai terduduk karena tubuhnya terasa lunglai. Bagaimana pun,
bapak ini tetaplah seorang manusia yang bisa merasa sedih ketika kehilangan.
Semoga saja dia dan seluruh keluarganya diberi kekuatan dan penghiburan untuk
menjalani kehidupan selanjutnya. {ST}