Ana

Selasa, 07 Juli 2015

Rumah Sakit dan Tindakan Canggih




            Setiap kali saya berkonsultasi ke rumah sakit, terutama ke dokter spesialis, selalu ada tindakan yang  disarankan. Tindakan-tindakan medis itu menggunakan peralatan canggih paling mutakhir. Peralatan canggih ini diharapkan dapat mendeteksi penyakit atau potensi penyakit yang ada di tubuh pasien.
            Untuk menggunakan peralatan canggih itu, tentu saja ada biayanya. Kebanyakan biayanya tidak murah. Biayanya tentu saja dibebankan kepada pasien atau perusahaan asuransi yang menanggungnya. Biaya mahal itu bisa dipahami. Biaya itu adalah pengganti investasi, biaya pemeliharaan dan juga untuk mengambil keuntungannya. Walau bagaimanapun, rumah sakit juga adalah badan usaha yang harus mencetak profit.
            Dokter yang berprkatek di rumah sakit adalah orang-orang yang ikut berkepentingan dengan pemasukan rumah sakit. Menyarankan tindakan canggih dengan peralatan canggih adalah salah satu jalan untuk mendapatkan pemasukan. Tak heran banyak dokter yang kemudian menyarankan tindakan yang sebenarnya enggak perlu-perlu amat untuk dilakukan.
            Tindakan-tindakan medis yang ditawarkan, yang sebenarnya tidak terlalu perlu dilakukan itu, tetap dilakukan berdasarkan keputusan pasien dan keluarganya. Namun, keterbatasan pengetahuan pasien membuat pasien dan keluarganya lebih memilih apa yang disarankan dokternya. Maka, jadilah tindakan itu dilakukan. Hasilnya? Kita bisa mengetahui kondisi tubuh dengan lebih detail. Kadang-kadang kondisi tubuhnya baik-baik saja.
            Bila kondisi keuangan pasien cukup berkelimpahan dan tidak kekurangan, tindakan medis apapun, termasuk yang enggak perlu-perlu amat itu, bukanlah masalah yang berarti. Berbeda halnya dengan orang yang hanya memiliki uang untuk hidup sehari-hari dan tidak ada perlindungan dari asuransi. Tindakan seperti itu akan sangat memberatkan. Apalagi saat ini BPJS masih belum bisa dijadikan tumpuan harapan bagi perawatan kesehatan.
            Saya pernah mendapat penawaran untuk menjalani tindakan dengan peralatan canggih itu. Ada yang terkait dengan pencernaan, ada juga yang terkait dengan reproduksi. Bisa dikatakan memang ada sedikit masalah itu di tubuh saya. Perawatan yang saya lakukan selama ini hanya dari luar lewat obat-obatan yang ditelan.
Khusus untuk pencernaan, saya pernah menjalani endoskopi bertahun-tahun yang lalu. Akhir-akhri ini saya ditawarkan untuk endoskopi lagi ketika saya terpaksa mengunjungi dokter spesialis. Katanya, peralatan yang digunakan saat ini sudah jauh lebih canggih dibandingkan pada saat endoskopi saya yang terakhir.
Penawaran itu tidak terlalu menarik perhatian saya. Saya menggolongkannya dalam tindakan yang tidak perlu-perlu amat untuk dilakukan. Saya mengambil kesimpulan itu karena kondisi tubuh saya yang sudah membaik dengan cepat. Saya pun tahu mengapa sakit maag saya sampai kumat. Kalaupun dilakukan endoskopi, kemungkinan akan ditemukan luka di bagian lambung.
Pendapat saya ini bukan berarti saya meremehkan masalah kesehatan saya sendiri, lo. Saya juga bertanya apa yang harus saya lakukan pada dokter supaya saya terbebas dari masalah ini. Jawabannya sama dengan dokter-dokter yang sebelumnya merawat saya: jangan terlambat makan, jangan makan yang asem dan pedes, dan jangan stress. Luka di bagian lambung yang sudah terlanjur terjadi bisa diobati dengan obat yang diminum secara rutin.
Kali ini saya mengambil keputusan untuk tidka dulu melakukan endoskopi. Selain karena belum diperlukan, saya juga menyayangkan biaya yang akan dikeluarkan. Lebih baik saya menjaga diri saya tetap sehat dan biayanya bisa dialihkan untuk keperluan lainnya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini