Di
rumah kami ada burung tekukur yang dipelihara dalam sangkar di depan rumah.
Burung tekukur ini pernah dikira sudah mati dan siap dimakamkan. Ajaibnya,
burung tekukur itu hidup lagi. Kejadian itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Saya menuliskannya
di sini.
Tekukur
itu masih hidup sampai saat ini. Bunyi “kur kur” nya masih menjadi bagian rumah
kami setiap pagi. Ya, dia memang bersuara di pagi hari. Ketika hari menjelang
siang, burung tekukur ini diam-diam saja di sangkarnya.
Burung
tekukur kami ini keadaannya (terlihat) sehat-sehat saja. Kami rutin memberinya makan
setiap hari dengan biji jagung. Pembelian makanan burung ini termasuk dalam
pengeluaran rutin di rumah kami. Sepanjang ingatan saya, dia hanya pernah sakit
sekali. Sakitnya itu bahkan membuatnya sampai dikira mati dan dimasukkan dalam
kantong plastik hitam.
Saya
tidak tahu umur burung tekukur peliharaan kami itu. Yang jelas, burung ini
sudah cukup lama menjadi satu-satunya penghuni sangkar berwarna putih yang ada di depan
rumah kami. Saya jadi penasaran sebenarnya berapakah umur rata-rata seekor tekukur. Tentu saja saya
segera mencari informasinya di internet. Informasi tentang tekukur cukup banyak. Salah satunya adalah yang saya
tulis sendiri. Tulisan saya itu bahkan masuk di halaman pertama pencarian
Google, lo. Kasian juga yang sampai mengkliknya, informasi yang saya tulis di
blog saya itu sebenarnya enggak penting-penting amat.
Informasi
yang saya dapatkan lebih dari yang ingin saya ketahui. Ternyata, di dunia yang
saya tempati ini ada orang yang menggemari tekukur. Bahkan ada lomba khusus
burung tekukur. Yang dilombakan adalah suaranya.
Dari
sebuah situs internet, saya membaca informasi lengkap tentang tekukur atau yang
dikenal juga dengan nama derkuku. Ada informasi tentang macamnya, cara
pemeliharannya, sampai cara menjodohkannya. Yang paling saya ingat adalah cara
memberi makannya. Umumnya orang yang memelihara burung hanya memberi makan
peliharaannya dengan 1 jenis makanan. Nah, di alam bebas, burung tekukur ini makan
aneka jenis bijian. Memakan hanya 1 jenis biji akan membuatnya kekurangan gizi.
Duh, berarti tekukur kami kurang gizi, dong? Hebat juga ya dia bisa berumur
panjang hanya dengan 1 jenis makanan.
Saya
juga tersenyum sendiri ketika membaca bagian menjodohkan burung tekukur.
Ternyata ada langkah-langkah yang “niat banget” untuk menjodohkan tekukur supaya keturunan
yang dihasilkan menjadi unik dan bersuara bagus. Pasangan yang akan dipilih
ditimbang-timbang dulu bibit, bobot, bebetnya. Wah, sudah seperti ortu yang memilih
calon menantu, yah!
Saya jadi agak merasa bersalah
melihat tekukur di rumah kami. Burung berbunyi kur kur itu hanya sendiri,
tinggal di dalam sangkar pula. Mana bisa bergaul dengan burung tekukur lainnya.
Saya bahkan tidak tahu dia burung jantan atau betina. Walah, gimana mau
menjodohkan. Lagian, para penghuni rumah ini juga ada yang belum menemukan
jodohnya. Mana ada yang kepikiran mencari jodoh untuk tekukur.
Saya juga sangat takjub ketika
melihat kriteria penilaian lomba tekukur. Kriteria penilaiannya ternyata
banyak. Hampir seperti pemilihan idol yang ada di TV. Saya membaca rinciannya
sambil terkagum-kagum.
Saya sampai lupa kalau sebenarnya yang saya cari hanya informasi tentang umur
tekukur. Informasi ini saya dapatkan dari artikel lainnya. Tekukur, bila sehat
dan dipelihara dengan baik, bisa mencapai umur 10 tahun. Wah, panjang umur
juga, ya. {ST}
Baca juga:
Tekukur yang Nyaris Dikubur
Tekukur Panjang Umur
Baca juga:
Tekukur yang Nyaris Dikubur
Tekukur Panjang Umur