Ana

Rabu, 08 Juli 2015

Pembalut Kain




            Isu klorin di pembalut wanita baru-baru ini membuat saya teringat pada pembalut kain. Pembalut ini, tentu saja bahannya kain. Bentuknya seperti sapu tangan, atau benda yang dulunya pernah menjadi handuk. Supaya tidak bergeser, pembalut ini dicantelkan dengan peniti.
            Saya sendiri hampir tidak pernah menggunakan pembalut seperti ini. Dari awal pertama saya haid dan harus menggunakan pembalut, saya sudah mengenakan pembalut pabrikan yang dijual dalam kemasan.
            Walaupun demikian, saya cukup mengenal pembalut kain ini. Salah seorang sahabat saya adalah pengguna setianya selama bertahun-tahun. Dia memang diajarkan oleh orang tuanya untuk mengenakan pembalut ini. Entah untuk alasan ekonomis atau alasan lainnya, yang jelas dia menggunakannya selama bertahun-tahun persahabatan kami.
            Kalau dipikir-pikir, pembalut kain ini lebih aman dan murah dibandingkan menggunakan pembalut kemasan pabrik. Pembalut ini bisa digunakan lagi setelah dibersihkan dan dikeringkan. Tidak perlu membeli yang baru. Kekurangannya hanyalah tidak praktis.
            Saya dulu pernah berniat mencobanya, namun tidak kesampaian karena saya agak takut tertusuk penitinya. Pembalut, tentu saja diletakkan di bagian yang tidak mudah terlihat orang lain. Kalau sampai tertusuk, Wih, enggak terbayang, deh. Sudah kesakitan, masih belingsatan untuk memperbaikinya. Akhirnya saya tidak pernah mecobanya sampai sekarang. Sepertinya ini juga bukanlah cita-cita yang penting untuk dicapai. Catatan ini dibuat karena tiba-tiba teringat pada si pembalut kain. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini