Sebenarnya,
saya sangat malas berurusan dengan yang namanya rumah sakit. Namun,
kadang-kadang urusan ini tidak bisa dihindari. Apalagi kalau orang yang
memerlukan pertolongan di rumah sakit adalah saya sendiri.
Dalam
kunjungan terakhir saya ke rumah sakit, yang menjadi pasien adalah saya
sendiri. Sakit maag saya kumat. Saya berobat ke rumah sakit atas saran
orang-orang terdekat saya. Kalau mengikuti kemauan sendiri, sih, mending
kauh-jauh dari rumah sakit ketika gejala sakitnya mulai berkurang atau
menghilang.
Saya
mendaftar untuk konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam. Ini pun berkat
masukan orang-orang terdekat saya yang saya jalani tidak dengan sepenuh hati.
Apalagi dokter spesialis penyakit dalam yang pernah menangani saya tidak lagi
berpraktik di rumah sakit tersebut.
Saya
mendaftarkan diri saya pada jam praktek dokter yang terdekat tanpa mencari tahu
lebih dulu dokternya siapa, spesialisnya di bagian apa. Memang, sih, pastinya
spesialis penyakit dalam. Nah, biasanya ada lagi spesialis bagian jantung,
pencernaan, paru-paru, dll. Saya (seharusnya) memilih yang spesialis
pencernaan.
Dokter
yang saya pilih asal-asalan itu ternyata spesialis jantung. Itu pun saya
ketahui setelah menunggu di depan ruang prakteknya. Deg, saya langsung sadar
kalau salah langkah. Kalau memang mau konsultasi ke dokter spesialis, sekalian
aja yang mengerti bidangnya. Kalau yang ini, kemungkinan akan buang-buang waktu
dan uang. {ST}