Ana

Kamis, 09 Juli 2015

Ke Dokter Spesialis




            Sebenarnya, saya sangat malas berurusan dengan yang namanya rumah sakit. Namun, kadang-kadang urusan ini tidak bisa dihindari. Apalagi kalau orang yang memerlukan pertolongan di rumah sakit adalah saya sendiri.
            Dalam kunjungan terakhir saya ke rumah sakit, yang menjadi pasien adalah saya sendiri. Sakit maag saya kumat. Saya berobat ke rumah sakit atas saran orang-orang terdekat saya. Kalau mengikuti kemauan sendiri, sih, mending kauh-jauh dari rumah sakit ketika gejala sakitnya mulai berkurang atau menghilang.
            Saya mendaftar untuk konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam. Ini pun berkat masukan orang-orang terdekat saya yang saya jalani tidak dengan sepenuh hati. Apalagi dokter spesialis penyakit dalam yang pernah menangani saya tidak lagi berpraktik di rumah sakit tersebut.
            Saya mendaftarkan diri saya pada jam praktek dokter yang terdekat tanpa mencari tahu lebih dulu dokternya siapa, spesialisnya di bagian apa. Memang, sih, pastinya spesialis penyakit dalam. Nah, biasanya ada lagi spesialis bagian jantung, pencernaan, paru-paru, dll. Saya (seharusnya) memilih yang spesialis pencernaan.
            Dokter yang saya pilih asal-asalan itu ternyata spesialis jantung. Itu pun saya ketahui setelah menunggu di depan ruang prakteknya. Deg, saya langsung sadar kalau salah langkah. Kalau memang mau konsultasi ke dokter spesialis, sekalian aja yang mengerti bidangnya. Kalau yang ini, kemungkinan akan buang-buang waktu dan uang. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini