Ana

Jumat, 10 Juli 2015

Abang Gojek Main Handphone




            Gojek telah menjadi fenomena tersendiri di Jakarta. Perkembangan dan popularitasnya luar biasa. Semua orang tahu tentang Gojek. Hampir semua orang yang saya kenal mengapresiasi Gojek, baik aplikasi maupun para pengemudinya. Saya juga salut dengan ide usaha ini.
            Para pengemudi Gojek, yang kebanyakan abang-abang, sering terlihat memegang handphone ketika sedang berhenti. Kalau orang yang tidak tahu, mungkin mengira kalau para pengemudi Gojek itu sedang “main” handphone. Tentu saja bukan seperti itu kenyataannya. Handphone adalah alat kerja mereka. Semacam cangkul buat petani dan sempritan buat polisi.
            Suatu kali, saya tersenyum sendiri ketika melihat 3 orang abang Gojek sedang melihat ke layar datar telepon genggamnya. Identitas Gojek bisa terlihat dari jaket hijau mereka. Di tengah kumpulan itu, terlihat seorang abang muda. Hmmm… Abang muda maksudnya abang Gojek yang paling muda. Di sampingnya, ada abang-abang yang lebih senior. Si abang muda menunjuk-nunjuk layar di dalam genggamannya itu. Kedua abang lainnya ngintip-ngintip. Salah seorang di antaranya manggut-manggut.
            Dari adegan tanpa suara tersebut, saya bisa menebak apa yang sedang terjadi. Kemungkinan, kedua abang senior itu agak gaptek. Dia menanyakan kepada abang muda yang lebih fasih teknologi. Abang yang manggut-manggut rupanya bisa mengerti. Yang satunya masih enggak mudeng. Saya jadi tersenyum sendiri membayangkan balon-balon kata yang akan saya buat kalau saja berhasil memotret mereka.
            Kenyataannya, saya tidak berhasil memotret mereka. Saya sedang mengemudikan sebuah mobil kecil lucu bernama Mocil. Adegan abang-abang Gojek hanya sempat terlihat oleh mata saya, teringat di otak, dan kemudian dituliskan di blog ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini