Ana

Sabtu, 27 Juni 2015

Tobat yang Menyinggung




            “Syukurlah lu sudah tobat,” adalah ungkapan yang sering terdengar menjelang hajatan keagamaan. Entah itu menjelang hari raya, atau saat bulan puasa seperti sekarang ini. Ungkapan itu sering terdengar sebagai candaan, atau disampaikan dengan nada tak serius.
            Saya, sih, jarang mendapatkan sapaan seperti itu. Mungkin karena saya cukup aktif di gereja, atau mungkin juga orang-orang yang saya temui sama aja kaya saya. Ngaku bertobat, besoknya kumat.
            Walaupun jarang mendapat sapaan seperti itu, saya tetap memikirkan dan merenungkannya. Orang yang sampai mengeluarkan ungkapan itu tentunya bersyukur karena ada sesamanya yang “kembali ke jalan yang benar”. Di sisi lain, dapat dikatakan pula kalau dia merasa lebih baik dari pada orang yang dikatain. Jadinya, kok, malah agak-agak sombong dan menghakimi, yah.
            Pemikiran itu muncul karena saya bertemu dengan orang yang tersinggung dengan perkataan itu. Perkataan itu, ditangkap sebagai sindiran oleh yang menerimanya. Saya yang tadinya enggak terlalu memikirkan jadi ikut-ikutan memasukkannya dalam otak saya. Mungkin saja sapaan itu memang dimaksudkan sebagai sindiran. Tetapi mungkin saja memang benar-benar sebagai ungkapan syukur. Saya, sih, lebih mengira kalau itu benar-benar ucapan syukur. Enggak perlu tersinggung sama sekali. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini