Ana

Kamis, 18 Juni 2015

Tangisan Ketika Kehilangan


            Sudah beberapa hari ini saya tahu kalau di komputer yang sering saya gunakan di kantor ada virusnya. Tanda dan gejalanya sudah terlihat. Saya mencoba melawannya dengan antivirus. Setelah mencoba selama beberapa jam dengan beberapa antivirus. Hari ini, tanggal 18 Juni 2015, saya menyerah. Saya menyerahkannya ke ahlinya. Saya melapor ke bagian IT.
            Yang membuat saya menyerah karena file yang saya tulis di hari sebelumnya sama sekali tidak bisa terbuka. Saya sebenarnya mau melanjutkan pekerjaan yang belum selesai di hari sebelumnya. Alangkah kagetnya saya ketika file itu tidak bisa lagi dibuka dengan gejala yang sama dengan file lainnya.
Petugas IT segera mengambil alih kendali di PC saya. Dia mencoba untuk mengembalikan file di komputer saya dengan beberapa cara. Usaha itu tidak membuahkan hasil. File–file saya itu tidak ada yang berhasil diselamatkan.
Saya tidak ingat nama virus ini apa. Yang jelas ia menyerang file word, excel, pdf dan foto. Itu semua adalah program yang menjadi teman bekerja bagi saya. Sebagai penulis, saya selalu berkawan akrab dengan Microsoft Word. Bisa dikatakan, saya lebih betah punya komputer yang isinya hanya 1 program ini dibandingkan dengan yang memiliki ribuan game. Virus ini dibuat oleh seorang dari Amerika yang konon kabarnya sudah tertangkap. Orang ini tidak berhasil membuat anvirus bagi virus buatannya yang ternyata sudah termodifikasi itu.
Akhirnya petugas IT pun menyerah. PC saya harus diformat ulang. Itu artinya saya harus kehilangan semua data yang ada di situ. Saya sedih sekali ketika mendengarnya. Saya sempat membeku dengan mulut monyong sambil memegang gagang telepon.
Saya segera mengabarkannya kepada teman–teman yang pekerjaannya berhubungan dengan saya. Ada beberapa dari mereka yang akan terkena dampaknya juga, terutama kalau pekerjaannya harus dilakukan setelah apa yang saya kerjakan. Saya juga mengingatkan mereka untuk waspada dengan virus ini. Virus ini sudah bisa dipastikan adalah musuh para penulis.
Ternyata beberapa teman saya juga pernah melihat tanda–tanda virus itu. Mereka lebih beruntung dibandingkan saya karena filenya tidak hilang. Hmmm.... Atau tepatnya belum hilang. Beberapa orang segera berjaga–jaga dengan membuat file back up. Saya bertambah sedih mendengarnya. Rasanya menyesal sekali karena belum sempat membuat file back up. Huhuhu....
Kesedihan saya sedikit memudar karena perhatian saya teralih ke hal lain, ke undangan liputan yang harus saya hadiri sore itu. Saya berusaha tetap tenang supaya bisa sampai dengan selamat dan tepat waktu di tempat undangan. Keep calm and carry on. Usaha itu berhasil, lo. Saya bisa tetap tenang mengerjakan apa yang harus dikerjakan.
Saat malam tiba, tepatnya menjelang tengah malam, saya kembali teringat pada file–file yang telah hilang itu. Saya teringat pada banyak tulisan yang pernah saya buat. Sebagian dari tulisan itu sudah dipublikasikan. Sebagiannya lagi belum. Cukup banyak yang masih berupa ide. Ingatan akan itu semua membuat saya sangat sedih. Sedih sekali. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini