Sudah
beberapa hari ini saya tahu kalau di komputer yang sering saya gunakan di
kantor ada virusnya. Tanda dan gejalanya sudah terlihat. Saya mencoba
melawannya dengan antivirus. Setelah mencoba selama beberapa jam dengan beberapa
antivirus. Hari ini, tanggal 18 Juni 2015, saya menyerah. Saya menyerahkannya
ke ahlinya. Saya melapor ke bagian IT.
Yang
membuat saya menyerah karena file yang saya tulis di hari sebelumnya sama
sekali tidak bisa terbuka. Saya sebenarnya mau melanjutkan pekerjaan yang belum
selesai di hari sebelumnya. Alangkah kagetnya saya ketika file itu tidak bisa
lagi dibuka dengan gejala yang sama dengan file lainnya.
Petugas IT segera mengambil alih
kendali di PC saya. Dia mencoba untuk mengembalikan file di komputer saya
dengan beberapa cara. Usaha itu tidak membuahkan hasil. File–file saya itu tidak ada yang berhasil
diselamatkan.
Saya tidak ingat nama virus ini apa.
Yang jelas ia menyerang file word, excel, pdf dan foto. Itu semua adalah
program yang menjadi teman bekerja bagi saya. Sebagai penulis, saya selalu
berkawan akrab dengan Microsoft Word. Bisa dikatakan, saya lebih betah punya
komputer yang isinya hanya 1 program ini dibandingkan dengan yang memiliki
ribuan game. Virus ini dibuat oleh seorang dari Amerika yang konon kabarnya
sudah tertangkap. Orang ini tidak berhasil membuat anvirus bagi virus buatannya
yang ternyata sudah termodifikasi itu.
Akhirnya petugas IT pun menyerah. PC saya
harus diformat ulang. Itu artinya saya harus kehilangan semua data yang ada di
situ. Saya sedih sekali ketika mendengarnya. Saya sempat membeku dengan mulut
monyong sambil memegang gagang telepon.
Saya segera mengabarkannya kepada teman–teman
yang pekerjaannya berhubungan dengan saya. Ada beberapa dari mereka yang akan
terkena dampaknya juga, terutama kalau pekerjaannya harus dilakukan setelah apa
yang saya kerjakan. Saya juga mengingatkan mereka untuk waspada dengan virus
ini. Virus ini sudah bisa dipastikan adalah musuh para penulis.
Ternyata beberapa teman saya juga pernah
melihat tanda–tanda virus itu. Mereka lebih beruntung dibandingkan saya karena
filenya tidak hilang. Hmmm.... Atau tepatnya belum hilang. Beberapa orang
segera berjaga–jaga dengan membuat file back
up. Saya bertambah sedih mendengarnya. Rasanya menyesal sekali karena belum
sempat membuat file back up.
Huhuhu....
Kesedihan saya sedikit memudar karena
perhatian saya teralih ke hal lain, ke undangan liputan yang harus saya hadiri
sore itu. Saya berusaha tetap tenang supaya bisa sampai dengan selamat dan
tepat waktu di tempat undangan. Keep calm and carry on. Usaha itu berhasil, lo.
Saya bisa tetap tenang mengerjakan apa yang harus dikerjakan.
Saat malam tiba, tepatnya menjelang tengah
malam, saya kembali teringat pada file–file yang telah hilang itu. Saya
teringat pada banyak tulisan yang pernah saya buat. Sebagian dari tulisan itu
sudah dipublikasikan. Sebagiannya lagi belum. Cukup banyak yang masih berupa
ide. Ingatan akan itu semua membuat saya sangat sedih. Sedih sekali. {ST}