Ana

Minggu, 28 Juni 2015

Pujian Belum Tentu Nyanyian




            Dalam sebuah perbincangan di gereja, kami membicarakan tentang pujian. Kata “pujian” ini di gereja sering disalahartikan sebagai nyanyian. Padahal, tidak semua nyanyian adalah pujian. Dan, tidak semua nyanyian adalah pujian.
            Contohnya lagu pengakuan dosa. Ini bukanlah pujian sama sekali. Isinya kadang-kadang meratap-ratap dan memohon belas kasihan Tuhan. Enggak ada sepotong lirik pun yang memuji. Itu bukan pujian sama sekali.
            Salah arti itu bisa dikatakan juga sebagai penyempitan arti. Seakan-akan pujian itu hanya bisa dilakukan dengan menyanyi. Padahal bisa saja pujian diberikan dalam bentuk yang lain. Dengan memberikan barang misalnya. Pujian bisa juga diberikan secara lisan.
            Kepada siapakah pujian harus diberikan? Tentu saja kepada yang layak dipuji. Nah, ini dia yang sering beda pendapat. Ada yang berpendapat hanya Tuhan yang layak dipuji. Ada juga yang berpendapat sah-sah aja memuji hal duniawi, misalnya orang.
Saya, sih, berpendapat sah-sah aja memuji apa saja yang layak dipuji. Orang yang berprestasi, atau benda-benda yang bagus, bagi saya adalah sesuatu yang layak dipuji. Toh, semuanya itu akan berujung pada Sang Pencipta. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini