Suatu
hari, adik saya berteriak-teriak di kamar mandi. Teriakannya agak panik dan
mengundang orang seisi rumah untuk datang.
“Ada
kecoaaaaa!” teriaknya.
Mengetahui
apa yang membuatnya teriak menjadikan saya agak malas untuk datang ke kamar
mandi. Kecoa memang sering menjadi pengunjung kamar mandi kami, baik yang di
lantai 1 maupun lantai 2. Ada kecoa di kamar mandi bukanlah sesuatu yang layak
diteriakkan dengan heboh.
Membunuh
kecoa, walaupun agak menjijikkan, sebenarnya gampang saja, kok. Tinggal digebuk
atau balikkan badannya. Kecoa yang telentang biasanya menjadi tak berdaya.
Kalau didiamkan beberapa lama, dia akan mati.
“Kecoanya
albinoooo,” teriak adik saya lagi.
Kata
albino lebih menarik perhatian saya. Saya segera menuju ke kamar mandi untuk
melihat wujud sang kecoa albino itu. Ternyata benar. Kecoanya albino. Warnanya
putih. Saya segera memotret kecoa yang telentang tak berdaya itu.
Ini
adalah pertama kalinya saya melihat kecoa albino di rumah saya. Kecoa yang
biasanya saya temui berwarna kecoklatan. Saya pikir, kecoa ini layak dijadikan
berita seperti juga makhluk albino lainnya. Saya memang benar-benar berniat
menjadikannya bahana tulisan di situs online khusus anak-anak tempat saya turut
berkarya.
Saya
mencari informasi tambahan di internet. Dari semua informasi itu, cukup banyak
orang yang terheran-heran ketika melihat kecoa albino. Saya juga menemukan
informasi kalau kecoa yang berwarna putih itu sebenarnya bukan albino. Kecoa
itu adalah kecoa normal yang baru saja mengalami proses ganti kulit. Kulit yang
baru itulah yang terlihat putih nyaris transparan.
Menemukan
fakta baru ini membuat saya menunda menuliskan tentang kecoa labino ini. Perlu
tambahan informasi lagi supaya sang kecoa “albino” bisa menjadi pengetahuan
yang berguna bagi anak-anak kecil yang sedang bertumbuh. Nantikan tanggal
mainnya. Semoga tidak terlupa, ya… {ST}