Hari
pertama bulan Juni 2015, alias tanggal 1 Juni 2015 jatuh pada hari Senin, hari
pertama bekerja setelah libur di hari Minggu. Hari itu juga adalah hari
kejepit. Hari kerja yang diapit oleh hari libur. Sudah menjadi rahasia umum
kalau hari kejepit itu membuat orang agak enggan pergi bekerja.
Itu
pula yang terjadi pada saya di pagi hari Senin itu. Tubuh saya yang belum
sepenuhnya pulih dan mata yang masih agak ngantuk karena kurang tidur membuat
saya enggan pergi bekerja. O iya, keengganan saya masih ditambah dengan
kesulitan saya di pagi ketika mencari pakaian yang tepat. Tadinya saya berniat
mau agak santai memakai celana jins. Namun ternyata semua celana jins saya
sesak hehehe...
Saya
pikir keengganan itu akan berubah menjadi rasa malas ketika berhadapan dengan
pekerjaan yang sudah menanti. Ternyata enggak, lo. Saya tidak perlu berusaha
mengangkat mood untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Bahkan rasanya saya cukup
produktif hari itu. Saya menghasilkan 2 karya fiksi dan 2 karya nonfiksi.
Semangat
bekerja itu ternyata tidak seiring dengan kondisi tubuh. Tubuh saya, yang
sebenarnya belum pulih dari sakit itu, terasa agak lemas di sore hari. Saya
tahu saya harus makan untuk mendapatkan tenaga tambahan. Saya harus berjuang
untuk memasukkan 2 biskuit ke dalam mulut. Rasanya tidak nafsu makan.
Perjuangan
saya belum berakhir. Saya masih harus pulang dengan keadaan siaga penuh ketika
mengemudikan mobil. Dan itu membuat saya agak kelelahan. Saya harus berbaring
cukup lama ketika sampai di rumah untuk memulihkan tenaga.
Dalam
menjalani malam itu, ternyata enggak mudah. Ada tantangan yang membuat saya
marah. Sebenarnya salah pengertian aja, sih. Atau lebih tepatnya beda
pengertian. Yang jelas saya marah. Kemarahan itu agak mengganggu ketenangan
saya yang sejak sore berniat mau tidur cepat dan beristirahat.
Catatan
ini saya buat menjelang tengah malam, ketika semua urusan telah diselesaikan.
Tubuh saya sebenarnya lelah, namun pikiran masih berjalan. Hmmm.... atau
berputar, ya? Ada beberapa ide yang perlu dituangkan. Ide yang sayang kalau
dilewatkan. Ide yang akan hilang kalau tidak segera dibuat menjadi tulisan.
Yang
jelas, saya bersyukur untuk hari ini. Saya masih bisa tiba dengan selamat dan
sehat di rumah. Saya juga menjalani hari yang produktif. Semoga saja kemarahan
dan kekesalan tidak menodai istirahat malam saya. {ST}