Ana

Sabtu, 13 Juni 2015

Eksekutor di Singapura




            Pada saat kantor kami pindah lokasi, banyak barang pustaka yang tercecer berantakan. Ada beberapa yang saya pungut karena sayang kalau dibuang. Salah satunya adalah majalah kecil terbitan tahun 2007. Majalah kecil ini bukanlah majalah untuk anak kecil. Majalah ini adalah bacaan untuk orang dewasa yang sudah mewarnai Indonesia selama 50 tahun lebih. Isinya selalu bermakna dan menginspirasi. Smart & inspiring adalah semboyannya.

            Ada artikel menarik di majalah kecil ini. Saya bahkan sampai teringat-ingat terus sampai saat ini. Artikel itu tentang seorang eksekutor di Singapura, negara kecil tetangga RI itu. Mungkin yang membuat saya teringat karena maraknya perbincangan tentang eksekusi hukuman mati beberapa waktu yang lalu.

Eksekutor yang dimaksud adalah algojo yang memutuskan nyawa terpidana mati. Sebuah pekerjaan yang mengerikan. Nama sang eksekutor adalah Darshan Singh. Tugasnya adalah menggantung tepidana yang mendapat vonis hukuman mati. Di Singapura, hukuman mati memang dilaksanakan dengan digantung, bukan ditembak atau disuntik seperti di negara lain. Cara ini ternyata supaya organ tubuh terpidana tetap utuh dan dapat digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk riset atau donor.

Pekerjaannya selalu menjadi rahasia bagi kebanyakan orang termasuk keluarganya. Istri pertamanya bahkan sampai pergi meninggalkannya ketika tahu pekerjaan suaminya itu. Sebelumnya, sang istri tidak pernah tahu pekerjaan utama suaminya.

Yeah, enggak bisa disalahkan juga, sih. Saya juga mungkin akan kabur terbirit-birit bila punya suami yang pekerjaannya eksekutor dan tidak pernah bilang sebelumnya. Selain merasa dibohongi, juga merasa ngeri hidup dengan seorang pengambil nyawa orang lain. Hiiii….. Suaminya juga tidak bisa disalahkan. Pekerjaan seperti ini memang menuntut kerahasiaan.

Pak Darshan adalah penyandang rekor dunia sebagai orang yang terbanyak mengeksekusi sesamanya manusia. Rekornya yang lain adalah mengeksekusi 18 orang dalam tempo 1 hari. Dengan berkurangnya negara yang memberikan hukuman mati, kemungkinan rekor itu akan menjadi rekor dunia abadi. Enggak tahu, deh, apakah dia bangga dengan “prestasi” itu.

Selama lebih 40 tahun, Pak Darshan menjadi eksekutor tunggal di negara kecil itu. Tidak ada orang yang mau (atau mampu) menggantikannya. Konon kabarnya, Mr Singh pernah melatih sipir-sipir lain untuk menggantikan tugasnya. Dia membagi pengetahuannya tentang panjang tali dan berat badan terpidana. Dia juga melatih para muridnya di tiang gantungan. Sayangnya, murid-muridnya itu semuanya diam membeku ketika tiba harinya untuk benar-benar mengeksekusi. Mereka tidak berhasil lulus ujian dan tidak berminat lagi melanjutkan karir sebagai pengganti Pak Darshan Singh.

Selain menjadi eksekutor, Pak Darshan juga merangkap sebagai tukang cukur. Pak Darshan juga mencukur rambut para terpidana yang akan dieksekusinya itu. Kadang-kadang, terjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Kebayang enggak, sih, sudah kenal dan berteman terus dia bertugas mencabut nyawa temannya itu?

Dalam sebuah wawancara dengan media, terungkap kalau Pak Darshan itu sebenarnya manusia biasa yang berperikemanusiaan juga. Sebagai manusia, kadang dia juga melihat terpidana sebagai manusia yang baik. Dia berempati pada masalah mereka. Sangat berat ketika dia harus mengakhiri hidup orang yang dihormatinya. Yang dapat dilakukannya adalah mengusahakan supaya kematian datang dengan cepat sehingga terpidana tidak terlalu tersiksa.

Yang cukup berkesan bagi saya adalah kalimat terakhir yang diucapkannya kepada terpidana yang akan dia eksekusi. Pak Darshan mengatakan, “I am going to send you to a better place than this. God bless you.” Tak jelas juga apakah ada terpidana yang membalas, “God bless you too, Mr Singh.”

Saya menulis catatan ini mungkin untuk mengeluarkan “racun” dalam pikiran saya. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, entah mengapa saya teringat terus tentang ini. Pikiran itu membuat saya agak terganggu. Biasanya, pikiran yang “mengganggu” itu sering menimulkan inspirasi untuk tulisan-tulisan saya baik nonfiksi maupun fiksi. Hmmm… Rasanya tema ini tidak cocok sama sekali untuk pembaca tulisan saya yang kebanyakan anak-anak kecil. Semoga saja setelah racun pikiran ini saya keluarkan, saya mendapatkan inspirasi lain yang lebih sesuai untuk anak-anak kecil. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini