Ana

Rabu, 13 Mei 2015

Punahnya Tukang Foto Keliling




            Ketika saya kecil dulu, ada orang-orang yang berprofesi sebagai tukang foto keliling. Mereka benar-benar tukang foto, dan benar-benar berkeliling menjajakan jasanya. Di kompleks perumahan nenek saya di Cempaka Putih, tukang foto keliling ini berkeliling menggunakan sepeda.
            Saya sudah lupa bunyi-bunyian apa yang mereka gunakan untuk memberi tahu khalayak ramai tentang keberadaannya. Yang pasti kamera yang dibawanya memberikan label bagi pekerjaannya itu. Begitu melihat orang bersepeda membawa kamera, kita langsung bisa menebak kalau itu adalah tukang foto keliling.
            Sudah bertahun-tahun ini saya tidak pernah lagi bertemu dengan tukang foto keliling. Padahal, saya masih tinggal di kompleks perumahan yang sama seperti bertahun-tahun yang lalu. Entah apa yang terjadi pada mereka.
            Fotografi saat ini bukanlah sesuatu yang mewah atau susah didapatkan. Memotret dalat dilakukan dengan ujung jari oleh diri sendiri. Mencetaknya? Hanya kalau diperlukan saja. Kebanyakan, sih, foto-foto yang dihasilkan sekarang ini tidak lagi dicetak. Foto-foto itu “dipamerkan” dengan mengunggahnya di media sosial.
            Dengan banyaknya saingan tukang foto keliling, sudah dapat diduga kalau penghasilan sebagai tukang foto keliling makin menurun, mungkin tidak cukup untuk biaya hidup. Para tukang foto keliling harus mencari penghasilan baru. Dengan demikian pekerjaan ini makin langka dan makin lama menjadi punah. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini