Ana

Kamis, 21 Mei 2015

Malas Membantu Orang yang Malas




            Ketika kantor kami berpindah tempat, terjadilah kesibukan yang lebih dari biasanya. Kesibukan itu adalah memindahkan barang-barang yang menjadi pelengkap pekerjaan kami. Masing-masing orang diminta untuk peduli pada alat kerjanya masing-masing dan memantau kepindahannya sampai di tempat tujuan yang baru.
            Saya, yang barang bawaannya tidak terlalu banyak, bisa menyelesaikan proses pindahan itu dengan cepat. Hanya dalam waktu beberapa jam, saya sudah bisa bekerja seperti biasanya. Namun, tidak demikian dengan keadaan ruangan secara keseluruhan. Masih banyak barang bawaan yang harus ditempatkan di tempatnya yang baru.
            Untuk beberapa referensi pustaka yang biasanya menghuni perpustakaan, sudah ada orang yang bertanggung jawab mengurusnya. Namun karena barangnya banyak sekali, proses kepindahan itu tidak bisa dilakukan dengan cepat. Diperlukan banyak bantuan supaya pekerjaan bisa segera diselesaikan.
            Saya, yang sudah menyelesaikan pekerjaan pindahan dan tugas harian, ikut membantu penyortiran barang. Saya bertugas memilah majalah yang mau dibundel. Setelah dipilah, majalah itu diurutkan nomornya. Saya juga mencatat beberapa nomor yang kurang.
            Pekerjaan yang sebenarnya cukup mudah ini, ternyata tidak terlalu mudah ketika dilakukan. Berkali-kali mengangkat tumpukan majalah membuat tangan saya yang tidak terbiasa mengangkat itu menjadi pegal. Namun saya bertekad menyelesaikan pekerjaan yang telah saya awali. Tanpa terasa rasa haus menghinggapi.
            Saya mengambil air minum ke dispenser. Selagi berjalan ke sana, tanpa sengaja saya melihat ke meja sang penanggung jawab dokumentasi. Alangkah kagetnya saya ketika melihatnya duduk santai sambil menonton klip musik di YouTube. Rasanya, kok, enggak banget, ya. Sementara teman-temannya membanting tulang untuk mengerjakan pekerjaannya, dia malah…. (omelannya disensor).
            Melihat pemandangan itu, rasanya saya ingin menyudahi saja kegiatan “menolong” itu. Akhirnya saya bisa bertahan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah saya mulai itu. Esoknya, saya tidak lagi “menolong”. Daripada bete sendiri melihat kelakuan orang yang ditolong, mendingan mengerjakan pekerjaan sendiri aja. Malas juga rasanya membantu orang yang malas. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini