Sebuah
artikel tentang pembunuhan membuat saya tertawa. Bukan karena saya begitu kejam
dan keji, lo. Tetapi karena pembunuhan ini memang harus dilakukan. Yang membuat
saya tertawa adalah protes orang-orang yang menganggap eksekusi itu kejam dan
tidak berperikebinatangan.
Ceritanya ada orang yang protes
tentang cara menyembelih hewan di Vietnam. Tepatnya hewan sapi dari Australia.
Di negara ini, hewan yang akan disembelih, kepalanya dihantam dengan benda
tumpul yang keras. Setelah sapi tak sadarkan diri, barulah pisau dimainkan.
Sapi itu berubah menjadi daging untuk dikonsumsi.
Yang membuat saya tertawa karena yang
diprotes adalah cara eksekusinya. Cara yang dilakukan di Vietnam dianggap lebih
kejam dan menyiksa sang hewan. Hmmm…. Sebenarnya apa bedanya, ya, dengan
menggunakan benda tajam seperti pisau? Bukankah ujung-ujugnya sapi-sapi itu
juga akan mati dan menjadi daging bahan makanan manusia?
Cara yang dilakukan di Vietnam itu
sudah dilakukan sejak lama. Entah ini hanya ragam cara atau ada alasan di
baliknya. Yang jelas kedua cara, baik dengan pisau tajam ataupun dihantam benda
tumpul, sama-sama aksi yang mematikan. Orang yang protes itu mengesankan
seakan-akan kalau menggunakan benda tajam sang sapi tidak menderita. Padahal,
kan, sama aja, ya. Sapinya juga akan menghadapi ajal dan menjadi makanan.
Saya tidak tahu mengapa saya
menuliskan catatan ini. Entah karena mengerikan atau menggelikan. Saya sendiri
selalu menghindari eksekusi hewan. Saya selalu menjauh bila ada acara
penyembelihan hewan. Rasanya tidak tega. Hewan-hewan itu memang bahan makanan
yang enak, namun saya tetap tidak tega melihat mereka kehilangan nyawa. {ST}