Sudah
lama saya mencari info beasiswa. Sudah lama pula saya ingin mendapatkan
beasiswa. Dari kecil, saa masih duduk di bangku SD, saya sudah ingin
mendapatkan beasiswa. Sepertinya keren sekali kalau berhasil mendapatkan
beasiswa karena tidak sembarang orang yang mendapatkannya. Hanya orang-orang
yang berprestasi dan terpilih.
Sejak
kecil pula, saya cukup rajin mengikuti perkembangan beasiswa yang beredar di
sekolah saya. Saya ingat, pernah mencoba mengajukan diri. Keberanian itu muncul
karena nilai saya yang bagus. Guru yang saat itu berbicara dengan saya,
sepertinya menolak saya dengan kalimat yang tidak langsung. Katanya, beasiswa
itu hanya untuk anak-anak yang orang tuanya tidak mampu.
Menginjak
sekolah menengah, saya makin mengerti apa yang dimaksud dengan beasiswa.
Beasiswa memang ditujukan untuk membanctu orang-orang yang kekurangan biaya,
untuk memberikan mendapatkan pendidikan tanpa harus membayar. Pengertian itu
malah menyurutkan niat saya untuk mendapatkan beasiswa. Saya, yang selalu
disekolahkan di sekolah swasta bermutu baik, merasa orang tua saya cukup mampu
membiayai sekolah saya. Tidak perlu repot-repot lagi mencari beasiswa.
Selepas
SMA, saya kuliah di sebuah universitas swasta yang dikenal berbiaya mahal.
Orang tua saya rupanya sudah menyiapkan dana untuk pendidikan anak-anaknya.
Saya tidak pernah terlambat membayar biaya kuliah karena dananya memang sudah
disiapkan. Dana ini bahkan saya kelola sendiri. Niat untuk mendapatkan beasiswa
makin mengendor. Saya juga tidak pernah lagi mencari-cari informasinya.
Tak
lama setelah lulus kuliah, saya mendapatkan pekerjaan yang membuat saya sangat
sibuk. Pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan jurusan yang
saya ambil saat kuliah. Saya harus belajar habis-habisan supaya bisa bekerja
dengan baik. Perusahaan retail ini menjadi semacam sekolah bagi saya. Sekolah
bisnis tepatnya. Sekolah bisnis tanpa bayar, bahkan malah dibayar, membuat saya
makin jauh lagi dengan yang namanya beasiswa.
Beasiswa
baru masuk dalam pikiran saya lagi ketika saya memutuskan keluar dari pekerjaan
saya dan memulai bisnis sendiri. Bisnis ini tidak berhasil. Saya jadi
berpikiran untuk belajar lagi, alias kuliah lagi. Nah, untuk rencana kuliah
yang kali ini orang tua saya tidak menyiapkan dana. Saya harus membiayainya
sendiri.
Saya
mencari-cari informasi beasiswa di berbagai lembaga. Tentu saja saya juga
mencarinya di internet. Betapa kagetnya saya karena informasi tentang beasiswa
itu ternyata banyak sekali. Bertebaran di mana-mana. Informasi itu juga selalu
ada perkembangannya hampir setiap hari.
Ada
kalanya saya berniat serius untuk mendapatkan beasiswa. Namun niat itu
lagi-lagi tergusur ketika saya mendapatkan pekerjaan baru yang memerlukan
konsentrasi. Saya juga harus belajar banyak di bidang pekerjaan ini karena
sangat berbeda dengan bidang pekerjaan sebelumnya maupun pendidikan formal saya.
Saat
ini, informasi beasiswa hanya sebagai bahan bacaan bagi saya. Kadang-kadang
saya mencermati persyaratannya dan berniat melengkapinya. Sepertinya niat itu
akan saya lakukan tahun ini. Semoga saja ada beasiswa yang cocok bagi saya.
Ada
juga kalanya saya ingin menyelesaikan kuliah lanjutan dengan biaya sendiri.
Beasiswa lebih baik diberikan kepada orang-orang yang benar-benar tidak mampu.
Hmm… Kadang-kadang, saya bertanya-tanya sendiri, sih. Sebenarnya saya ini
termasuk orang yang mampu atau tidak. Kalau melihat biaya kuliah dari informasi
yang saya cari, saya memang tidak mampu untuk mengadakan dananya secara cepat. Namun,
dengan penghasilan yanga da dan potensi penghasilan dari bisnis yang baru
berkembang, sepertinya saya bisa, kok, membiayai kuliah lanjutan saya. Tinggal
mengatur waktunya saja.
Informasi
beasiswa, seperti yang tadi sudah saya sebutkan, saat ini hanya menjadi bahan
bacaan bagi saya. Sesekali saya membagikannya kepada orang lain apabila saya
rasa orang itu memerlukannya. Bacaan tentang beasiswa ini menarik minat dan
emmberi inspirasi bagi saya. Mungkin dampaknya seperti gosip artis terkenal
pada perempuan penggosip. Membuat hari bersemangat dan tidak membosankan. {ST}