Terus
terang saja, saya orang yang tidak rajin keramas. Saya keramas hanya ketika
rambut saya kotor. Hmmm…atau lebih tepatnya sangat kotor hehehe. Itu pun bila waktunya cukup dan saya tidak
harus terburu-buru pergi. Kalau waktunya mepet, saya memilih untuk menunda
keramas dan menyiasatinya dengan cara lain.
Suatu
ketika, shampoo saya habis. Padahal saat itu rambut saya sudah sangat perlu
untuk dicuci. Botol shampoo saya sudah tidak ada disinya setetes pun. Saya
menunda dulu mencuci rambut sampai dapat membeli shampoo yang baru.
Setelah
lewat 2 hari, saya tidak kunjung membeli shampoo. Selain karena lupa, juga
tidak sempat karena waktu yang padat. Akhirnya saya membawa pulang shampoo yang
ada di kantor saya. Shampoo itu khusus untuk anak-anak.
Menurut
saya, shampoo untuk orang dewasa dan anak-anak itu sebenarnya kandungannya
hampir sama saja, kok. Yang membedakan adalah strategi marketingnya yang
disesuaikan dengan targetnya. Karena itulah, saya kemudian menggunakan pencuci
rambut yang dikemas dalam botol berwarna ungu itu.
Anggapan
itu berubah ketika saya menuangkan cairan pencuci rambut itu. Wangi semerbaknya
adalah wangi anggur manis, seperti permen, khas anak-anak. Cairan itu sangat
lembut. Buihnya menghilang di rambut saya yang tebal dan kotor itu.
Dalam
hati saya berkata, “Rupanya shampoo ini memang khusus untuk anak kecil.”
Saya
pun mencari tahu siapa sebenarnya target market produk ini. Ternyata mereka
menyasar anak usia TK. Yap, taman kanak-kanak. Pantas saja produk ini “bayi
banget”. Itu adalah kali pertama dan terakhir saya memakai shampoo ini. {ST}