Kamis
Putih di tahun 2015 ini jatuh di tanggal 2 April 2015. GKI Kwitang memperingatinya
dengan pembasuhan kaki. Membasuh kaki adalah hal yang dilakukan oleh Yesus
kepada murid-murid-Nya. Konon kabarnya, dahulu di Palestina memang ada
kebiasaan membasuh kaki untuk menghormati tamu yang datang. Yang membasuh kaki
biasanya adalah pelayan. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya menandakan kalau
Dia adalah pelayan.
Berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pembasuhan kaki dilakukan oleh pendeta
dan penatua. Pembasuhan kaki ini sebagai tanda kalau pendeta dan penatua adalah
orang –orang yang diutus untuk melayani. Selain itu ada juga perjamuan kasih
dengan saling menyuap.
Perayaan
Kamis Putih itu dimulai pukul 18.00 WIB. Saya diminta turut bertugas sebagai
salah seorang pembasuh kaki dalam acara ini. Tugasnya adalah… membasuh kaki.
Tugas ini susah-susah gampang. Yang agak susah adalah memenuhi jadwalnya yang
pukul 18.00 WIB itu, lo. Itu adalah waktu resmi saya meninggalkan kantor. Namun
khusus hari itu, saya keluar kantor lebih cepat. Tetapi tetap saja saya tidak
bisa tiba sebeluma cara.
Saya
tiba di sana ketika jarum jam sudah melewati 18.00 WIB. Saya terlambat,
saudara-saudara. Saat itu, jemaat sudah bergerak masuk ke dalam gedung gereja
dalam keadaan hening. Acara kali ini memang diawali dengan keheningan. Acara
ini diakhrii juga dengan keheningan.
Saya
cukup senang karena yang hadir cukup banyak. Penatua yang bertugas juga cukup
banyak. Jadi, saya bisa duduk manis dan tidak ikut bertugas. Kebaktian Kamis
Putih tahun 2015 ini dilayani oleh seluruh pendeta GKI Kwitang yang jumlahnya
ada 4 itu.
Ada
16 tempat pencucian kaki yang disusun menjadi 2 baris yang saling memunggungi.
Ada seorang petugas pencuci kaki di setiap kursi yang disiapkan. Pendeta dan
penatua menjadi petugas pembasuh kaki. Jemaat yang datang bergantian ke depan
untuk dibasuh kakinya oleh para pelayan. Di samping para pelayan yang membasuh
kaki, ada beberapa panitia (termasuk saya), yang mengarahkan antrian.
Acara
ini berlangsung lancar. Acara berakhir dengan hening seperti mulainya. Kala
itu, kami sudah mulai memperingati Jumat Agung yang jatuh di esok harinya. {ST}