Ana

Kamis, 09 April 2015

Kamis Putih 2015 di GKI Kwitang




            Kamis Putih di tahun 2015 ini jatuh di tanggal 2 April 2015. GKI Kwitang memperingatinya dengan pembasuhan kaki. Membasuh kaki adalah hal yang dilakukan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya. Konon kabarnya, dahulu di Palestina memang ada kebiasaan membasuh kaki untuk menghormati tamu yang datang. Yang membasuh kaki biasanya adalah pelayan. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya menandakan kalau Dia adalah pelayan.
            Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pembasuhan kaki dilakukan oleh pendeta dan penatua. Pembasuhan kaki ini sebagai tanda kalau pendeta dan penatua adalah orang –orang yang diutus untuk melayani. Selain itu ada juga perjamuan kasih dengan saling menyuap.
            Perayaan Kamis Putih itu dimulai pukul 18.00 WIB. Saya diminta turut bertugas sebagai salah seorang pembasuh kaki dalam acara ini. Tugasnya adalah… membasuh kaki. Tugas ini susah-susah gampang. Yang agak susah adalah memenuhi jadwalnya yang pukul 18.00 WIB itu, lo. Itu adalah waktu resmi saya meninggalkan kantor. Namun khusus hari itu, saya keluar kantor lebih cepat. Tetapi tetap saja saya tidak bisa tiba sebeluma cara.
            Saya tiba di sana ketika jarum jam sudah melewati 18.00 WIB. Saya terlambat, saudara-saudara. Saat itu, jemaat sudah bergerak masuk ke dalam gedung gereja dalam keadaan hening. Acara kali ini memang diawali dengan keheningan. Acara ini diakhrii juga dengan keheningan.
            Saya cukup senang karena yang hadir cukup banyak. Penatua yang bertugas juga cukup banyak. Jadi, saya bisa duduk manis dan tidak ikut bertugas. Kebaktian Kamis Putih tahun 2015 ini dilayani oleh seluruh pendeta GKI Kwitang yang jumlahnya ada 4 itu.
            Ada 16 tempat pencucian kaki yang disusun menjadi 2 baris yang saling memunggungi. Ada seorang petugas pencuci kaki di setiap kursi yang disiapkan. Pendeta dan penatua menjadi petugas pembasuh kaki. Jemaat yang datang bergantian ke depan untuk dibasuh kakinya oleh para pelayan. Di samping para pelayan yang membasuh kaki, ada beberapa panitia (termasuk saya), yang mengarahkan antrian.
            Acara ini berlangsung lancar. Acara berakhir dengan hening seperti mulainya. Kala itu, kami sudah mulai memperingati Jumat Agung yang jatuh di esok harinya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini