Beberapa
hari yang lalu, saya mengikuti seminar kesehatan tentang ibu hamil dan
menyusui. Saya mengikutinya dengan tujuan untuk menambah pengetahuan saja.
Kalau secara logika, sepertinya saya tidak akan mungkin hamil dan menyusui
dalam waktu dekat ini. Wong, punya suami aja belum.
Proses Menjadi Manusia
Saya
hadir tepat ketika seminar itu mau dimulai. Tak lama setelah duduk, diputarlah
film pembukaan tentang terjadinya manusia di dalam rahim. Proses itu diawali
dengan sperma yang berlomba menuju tuba fallopi. Dilanjutkan dengan pembuahan,
embrio yang tumbuh dan mengakar, pertumbuhan di dalam plasenta, sampai siap
dilahirkan. Yang paling berkesan bagi saya adalah hari 22. Pada hari ke-22,
ternyata jantung bayi sudah mulai berdetak. Kehidupan baru telah dimulai.
Setiap
perempuan normal memiliki 2 ovarium. Kedua ovarium ini menghasilkan sel telur
sebanyak kurang lebih 400.000 selama hidupnya. Bila sel telur tidak dibuahi,
maka akan keluar sebagai darah haid. Bila dibuahi, akan berlanjut menjadi janin
seperti yang ada di film. Proses keluarnya sel telur ini dimulai ketika remaja,
dan berakhir ketika setengah baya menjelang tua. Masa kehamilan terbaik bagi
seorang perempuan adalah di usia 20 sampai 35 tahun. Di luar itu, akan ada
risiko yang lebih besar bagi ibu dan bayinya.
Nutrisi Ibu Hamil
Dalam
masa pertumbuhan, janin memerlukan banyak nutrisi. Nutrisi itu tentu saja
diambil dari ibunya. Ibu mendapatkan dari asupan makanannya. Bila makanan
sehari-hari tidak mencukupi, sang ibu perlu suplemen tambahan. Nah, inilah
bagian terpenting yang ingin saya pelajari.
Beberapa nutrisi vital yang
diperlukan untuk pertumbuhan bayi dalam kandungan adalah vitamin B kompleks,
serat, folic acid, omega 3, protein,
vitamin C, iron, calcium, selenium, zinc dan antioksidan.
Selain memakan bahan makanan yang
mengandung nutrisi itu, para ibu hamil juga harus menjaga dirinya. Yang menjadi
catatan khusus adalah agar ibu-ibu menghentikan kebiasaan merokok dan minum
kopi ketika sedang hamil. Kebiasaan ini sangat mengganggu pertumbuhan janin dan
bisa mengakibatkan bayi cacat.
Hampir Selalu Lemas Ketika Membahas yang “Itu”
Entah
mengapa, saya selalu merasa agak ngilu kalau melihat proses reproduksi manusia.
Apalagi kalau ternyata janinnya tidak berhasil selamat. Bertahun-tahun yang
lalu, ketika masih SMA, saya pernah mau pingsan di kelas pendidikan seks. Di
kelas itu, ditunjukkan pula proses reproduksi yang dilanjutkan dengan proses
aborsi. Filmnya menyeramkan dan membuat saya nyaris pingsan. Saya sampai dibawa
ke ruang UKS karena keringat dingin sudah mengucur deras dan pandangan saya
berubah menjadi gelap. Hmmm…mungkin film itu memang dibuat menyeramkan supaya
para siswa ketakutan dan berpikir ribuan kali sebelum melakukan perbuatan yang
bisa mengakibatkan kehamilan.
Rasa
ngilu dan lemas itu pula yang saya alami ketika menonton film di seminar itu.
Figur bayi lucu yang berenang di dalam ketuban itu cukup membuat saya terhibur,
namun itu tidak menghentikan rasa lemas yang makin terasa. Saya agak panik
ketika lampu dimatikan. Rasanya mata saya juga menjadi gelap, seperti
tanda-tandan mau pingsan. Secara logika, saya tahu pasti tujuannya supaya film
yang ditayangkan di layar bisa terlihat lebih jelas.
Setelah
film berakhir, dokter muda yang membawakan seminar masih membahas tentang hal
itu. Tentang kehamilan tepatnya. Ada hamil yang normal, bayi bertumbuh sempurna
di dalam rahim ibunya. Ada hamil anggur, di mana sel-sel membelah tanpa henti
dan tidak terjadi diferensiasi. Ada juga hamil di luar kandungan. Topik ini
membuat saya mulas dan lemas. Akhirnya saya keluar membeli air minum dan
sejenak melarikan diri.
Ketika
kembali ke tempat duduk, topik bahasannya masih yang itu. Yeah, sebenarnya agak
kurang realistis kalau mengharapkan yang lain. Dari judul seminarnya aja sudah
tentang kehamilan dan menyusui. Pasti banget yang akan dibahas tentang
kehamilan. Saat itu saya merasa sebagai orang yang kurang kerjaan.
Mata
saya menjadi agak berkunang-kunang ketika membicarakan kanker serviks. Ini
bukan topik yang saya sukai, dan termasuk dalam topik yang membuat saya lemas.
Sesekali saya minum untuk menenangkan diri. Kali ini saya berhasil bertahan dan
tidak keluar ruangan lagi.
Menyusui
Setelah
lahir, makanan utama dan terbaik bagi bayi adalah ASI. Air susu ibu konon kabarnya
memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Air susu ini yang keluarnya
dari payudara ini diyakini cukup untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi. Untuk
sampai dalam batas “cukup”, tentu saja ibunya harus mendapatkan asupan makanan
yang cukup.
Menyusui
bayi ternyata ada trendnya juga. Saya juga baru tahu di seminar ini kalau ada
trend menyusui. Ada kalanya menyusui dianggap sebagai tindakan terbaik. Pernah
juga ada trend memberikan susu formula kepada bayi. Beberapa tahun terakhir ini
yang sedang ngetrend adalah menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan. Setelah
itu, bayi diberikan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Kampanye
menyusui bayi digalakkan di seluruh dunia. Saya bahkan pernah melihat ada lomba menyusui eksklusif.
Saat
ini, umumnya ibu-ibu berniat untuk menyusui anaknya sendiri. Namun, ada
beberapa ibu yang air susunya tidak banyak. Nah, untuk yang ini harus dikenali
dulu penyebabnya sebelum dicari solusinya. Beberapa penyebab yang sering
terjadi adalah operasi payudara yang dilakukan sebelumnya, stres atau kurang
siap untuk melahirkan, memakai alat kontrasepsi, kondisi biologis atau fisik,
anatomi pada bayi (misal: bibir sumbing), dan juga jadwal menyusui yang tidak
teratur.
Ibu
saya juga mengalami masalah air susu yang keluarnya tidak banyak. Penyebabnya
adalah karena makan nangka ketika bulan puasa. Solusinya? Saya dititipkan pada
adiknya Mamah yang saat itu juga baru melahirkan anaknya. Saya numpang nenen
kepada tante saya yang juga saya panggil dengan sebutan Mamah. Saya dan sepupu
saya adalah saudara sesusu.
Selain
yang saya tuangkan di sini, ada banyak pelajaran lain yang saya dapatkan dari
seminar itu. Pelajaran itu akan saya tuliskan apabila saya sudah melihat
catatan yang saya buat atau sudah membuktikannya sendiri. {ST}