Saya
cukup sering melewati Taman Suropati. Saya bahkan cukup sering berkunjung ke
taman yang terletak di Jakarta Pusat itu. Taman itu teduh berpohon rindang.
Taman ini juga memajang beberapa karya seni berupa patung. Sesekali ada juga
yang memainkan musik di taman ini.
Taman
Suropati dikelilingi rumah-rumah besar berhalaman luas. Hampir semua rumah ini
terlarang untuk dimasuki bagi orang kebanyakan. Hanya orang-orang tertentu yang
boleh masuk ke dalamnya. Saay, sih, termasuk orang kebanyakan yang dilarang
masuk.
Pada
suatu Jumat sore, saya mendapat tugas untuk meliput sebuah kegiatan yang
diadakan di salah satu rumah yang ada di dekat Taman Suropati. Sebelumnya, saya
diminta untuk konfirmasi dengan menggunakan nama yang sesuai dengan kartu
identitas saya. Mungkin maksudnya untuk tindakan pengamanan. Rumah yang saya
datangi adalah rumah dinas wakil duta besar negara sahabat.
Ketika
tiba di rumah ini, saya melapor kepada petugas di pos jaga. Ternyata saya tidak
diperbolehkan masuk karena katanya nama saya tidak ada di daftar tamu. Saya
akhirnya menelpon orang yang mengundang saya dan meminta konfirmasi dengan nama
lengkap itu. Rupanya sang penjaga melewatkan nama saya. Nama saya sudah ada di
listnya.
Sebagai
rumah dinas orang Amerika, awalnya saya menduga rumahnya akan “Amerika banget”.
Biasanya kedutaan di sebuah negara kan seperti itu, mirip dengan negara
asalnya. Ternyata saya salah. Eksterior rumah itu seperti layaknya bangunan tua
buatan Belanda. Yang menakjubkan adalah interiornya yang Indonesia banget.
Ruang-ruang
bagian dalamnya didekorasi dengan aneka kerajinan khas Indonesia. Kayu-kayu dan
kain batik adalah dekorasi utama. Ada sebuah piano hitam di ruang depan. Di
bagian dalamnya ada ruangan besar seperti aula. Di ruangan besar inilah acara
yang diikuti sekitar 50 orang itu diadakan. Di sampingnya ada lagi ruangan
besar yang digunakan sebagai tempat makan. {ST}