Saya
sudah beberapa kali berselisih paham dengan pengutip parkir liar. Terus terang,
saya tidak mau mengulanginya lagi. Hal itu nyaris tidak ada gunanya sama
sekali. Namun, saya kurang bisa menunjukkan ketidaksukaan kalau dimintai biaya
parkir oleh orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerimanya.
Sudah
menjadi rahasia umum, kalau uang yang diberikan ke mereka akan masuk ke kantong
pribadi. Mereka sebenarnya tidak punya hak sama sekali untuk mengutip uang
parkir di tempat yang bukan milik mereka.
Saya
kadang-kadang lebih memilih untuk ke tempat parkir yang ada pengelolanya.
Mungkin bayarannya akan lebih mahal, namun itu bisa dimaklumi. Bayaran akan
digunakan untuk biaya operasional dan tentu saja untuk mendapatkan keuntungan.
Atau…saya memilih tempat yang tidak ada pengutip parkir liarnya.
Sepanjang
perjalanan ke kantor, saya melewati beberapa toko retail kecil dan juga ATM.
ATM yang saya gunakan biasanya saya pilih yang tidak ada pengutip parkir
liarnya. Kadang-kadang saya memang agak jengkel. Berhenti cuma sebentar, tapi
harus bayar. Biasanya bayarnya 2000, tapi ada juga yang minta lebih. Apalagi
mereka juga sering mengintip apa yang saya lakukan di depan mesin ATM.
Saat
ini, saat catatan ini dibuat, sudah tidak ada lagi ATM di sepanjang jalan ke
kantor yang tidak ada pemungut parkir liarnya. ATM terbaru di daeah
Kemanggisan, sudah ada “penunggu”nya juga. Tadi pagi saya sudah bertemu dengan
pengutip parkir yang sepertinya masih remaja itu. {ST}