Ana

Kamis, 12 Maret 2015

Menghindari Pengutip Parkir Liar




            Saya sudah beberapa kali berselisih paham dengan pengutip parkir liar. Terus terang, saya tidak mau mengulanginya lagi. Hal itu nyaris tidak ada gunanya sama sekali. Namun, saya kurang bisa menunjukkan ketidaksukaan kalau dimintai biaya parkir oleh orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerimanya.
            Sudah menjadi rahasia umum, kalau uang yang diberikan ke mereka akan masuk ke kantong pribadi. Mereka sebenarnya tidak punya hak sama sekali untuk mengutip uang parkir di tempat yang bukan milik mereka.
            Saya kadang-kadang lebih memilih untuk ke tempat parkir yang ada pengelolanya. Mungkin bayarannya akan lebih mahal, namun itu bisa dimaklumi. Bayaran akan digunakan untuk biaya operasional dan tentu saja untuk mendapatkan keuntungan. Atau…saya memilih tempat yang tidak ada pengutip parkir liarnya.
            Sepanjang perjalanan ke kantor, saya melewati beberapa toko retail kecil dan juga ATM. ATM yang saya gunakan biasanya saya pilih yang tidak ada pengutip parkir liarnya. Kadang-kadang saya memang agak jengkel. Berhenti cuma sebentar, tapi harus bayar. Biasanya bayarnya 2000, tapi ada juga yang minta lebih. Apalagi mereka juga sering mengintip apa yang saya lakukan di depan mesin ATM.
            Saat ini, saat catatan ini dibuat, sudah tidak ada lagi ATM di sepanjang jalan ke kantor yang tidak ada pemungut parkir liarnya. ATM terbaru di daeah Kemanggisan, sudah ada “penunggu”nya juga. Tadi pagi saya sudah bertemu dengan pengutip parkir yang sepertinya masih remaja itu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini