Lee
Kwan Yew wafat hari Senin, 23 Maret 2015 yang lalu. Kepergiannya membuat banyak
orang merasa kehilangan. Tokoh pendiri Singapura ini tidak hanya dikagumi di
negerinya yang kecil itu, tapi juga di seluruh dunia.
Selama
hidupnya, Lee Kwan Yew pernah memimpin Singapura selama 30 tahun. Ia memimpin
dengan keras dan tegas. Tak jarang kepemimpinan kerasnya bersilangan atau
berbenturan dengan negara lain, termasuk Indonesia. Lee Kwan Yew membawa negara
kecil di Semenanjung Malaka itu menjadi negara yang perekonomiannya maju.
Itu adalah sesuatu yang layak
dikagumi. Singapura bukanlah negara yang kaya. Negara kecil ini nyaris tanpa
sumber daya alam. Kalau dibandingkan dengan Indonesia, enggak ada
keren-kerennya, deh. Kalau suatu negara dalam keadaan seperti ini, hanya
kepemimpinan yang hebat yang bisa mengubahnya menjadi negara maju. Lee Kwan Yew
adalah pemimpin yang hebat. Itu sudah tidak diragukan lagi.
Lee Kwan Yew berteman baik dengan
mendiang Presiden Soeharto. Mereka memimpin negara sama-sama untuk waktu yang
lama, lebih dari 30 tahun. Ada cara-cara yang mirip dalam kepemimpinan mereka,
seperti demokrasi terbatas dan banyaknya peraturan. Tapi, kok, hasilnya beda,
ya… Indonesia, negara tempat saya menjadi salah satu warganya, tidak semaju
Singapura.
Lee Kwan Yew mewajibkan semua anak
lelaki di Singapura untuk mengikuti wajib militer. Itu artinya, semua lelaki
dewasa di Singapura memiliki kemampuan militer. Minimal mereka tahu dan paham
soal militer. Itu untuk menyiasati jumlah penduduk yang sangat sedikit. Wajib
militer ini juga menjadikan warganya lebih efektif dan efisien.
Mantan perdana menteri yang wafat di
usia 91 tahun itu juga dikenal sebagai seorang negarawan. Salah satu sikapnya
yang sangat dikagumi adalah menabur bunga di makam Usman dan Harun di Taman
Makam Pahlawan Kalibata. Usman dan Harun dianggap sebagai pahlawan di
Indonesia, namun di Singapura, mereka dianggap teroris. Lee Kwan Yew ikut
terlibat dalam memberikan sanksi untuk mereka. Usman dan Harun dihukum gantung
sebagai ganjarannya. Kemungkinan besar, Lee Kwan Yew secara pribadi juga tidak
suka dengan kedua warga negara Indonesia yang menunaikan tugasnya itu.
Ketika Lee Kwan Yew berencana
berkunjung ke Indonesia, Presiden Soeharto mengajukan syarat. Syaratnya adalah
Lee Kwan Yew harus menaburkan bunga di atas makam Usman dan Harun, 2 orang
pahlawan yang “dibunuh” oleh Lee Kwan Yew itu. Menaburkan bunga di pusara
adalah tanda penghormatan. Tak disangka, ternyata Lee Kwan Yew mau
melakukannya. Dia menaburkan bunga di makam Usman dan Harun. Peristiwa ini
diabadikan oleh banyak orang dengan kamera hitam putih. Foto itu kemudian
ditayangkan lagi di sebuah koran nasional di halaman depan ketika terdengar
kabar wafatnya Lee Kwan Yew.
Kemajuan yang dibawa Lee Kwan Yew di
negaranya membuatnya dipuja sebagai pahlawan. Ribuan, mungkin jutaan orang
memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Para pemimpin dunia berkomitmen
untuk datang pada upacara pemakamannya. Yang lain turut mendoakan arwahnya dan
juga keluarganya. Kalau saya, mendoakan semoga di Indonesia juga ada pemimpin
yang seperti itu, yang membawa bangsanya menjadi bangsa yang disegani di dunia.
{ST}