Ana

Rabu, 25 Maret 2015

Lee Kwan Yew Wafat




            Lee Kwan Yew wafat hari Senin, 23 Maret 2015 yang lalu. Kepergiannya membuat banyak orang merasa kehilangan. Tokoh pendiri Singapura ini tidak hanya dikagumi di negerinya yang kecil itu, tapi juga di seluruh dunia.
            Selama hidupnya, Lee Kwan Yew pernah memimpin Singapura selama 30 tahun. Ia memimpin dengan keras dan tegas. Tak jarang kepemimpinan kerasnya bersilangan atau berbenturan dengan negara lain, termasuk Indonesia. Lee Kwan Yew membawa negara kecil di Semenanjung Malaka itu menjadi negara yang perekonomiannya maju.
Itu adalah sesuatu yang layak dikagumi. Singapura bukanlah negara yang kaya. Negara kecil ini nyaris tanpa sumber daya alam. Kalau dibandingkan dengan Indonesia, enggak ada keren-kerennya, deh. Kalau suatu negara dalam keadaan seperti ini, hanya kepemimpinan yang hebat yang bisa mengubahnya menjadi negara maju. Lee Kwan Yew adalah pemimpin yang hebat. Itu sudah tidak diragukan lagi.
Lee Kwan Yew berteman baik dengan mendiang Presiden Soeharto. Mereka memimpin negara sama-sama untuk waktu yang lama, lebih dari 30 tahun. Ada cara-cara yang mirip dalam kepemimpinan mereka, seperti demokrasi terbatas dan banyaknya peraturan. Tapi, kok, hasilnya beda, ya… Indonesia, negara tempat saya menjadi salah satu warganya, tidak semaju Singapura.
Lee Kwan Yew mewajibkan semua anak lelaki di Singapura untuk mengikuti wajib militer. Itu artinya, semua lelaki dewasa di Singapura memiliki kemampuan militer. Minimal mereka tahu dan paham soal militer. Itu untuk menyiasati jumlah penduduk yang sangat sedikit. Wajib militer ini juga menjadikan warganya lebih efektif dan efisien.
Mantan perdana menteri yang wafat di usia 91 tahun itu juga dikenal sebagai seorang negarawan. Salah satu sikapnya yang sangat dikagumi adalah menabur bunga di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Usman dan Harun dianggap sebagai pahlawan di Indonesia, namun di Singapura, mereka dianggap teroris. Lee Kwan Yew ikut terlibat dalam memberikan sanksi untuk mereka. Usman dan Harun dihukum gantung sebagai ganjarannya. Kemungkinan besar, Lee Kwan Yew secara pribadi juga tidak suka dengan kedua warga negara Indonesia yang menunaikan tugasnya itu.
Ketika Lee Kwan Yew berencana berkunjung ke Indonesia, Presiden Soeharto mengajukan syarat. Syaratnya adalah Lee Kwan Yew harus menaburkan bunga di atas makam Usman dan Harun, 2 orang pahlawan yang “dibunuh” oleh Lee Kwan Yew itu. Menaburkan bunga di pusara adalah tanda penghormatan. Tak disangka, ternyata Lee Kwan Yew mau melakukannya. Dia menaburkan bunga di makam Usman dan Harun. Peristiwa ini diabadikan oleh banyak orang dengan kamera hitam putih. Foto itu kemudian ditayangkan lagi di sebuah koran nasional di halaman depan ketika terdengar kabar wafatnya Lee Kwan Yew.
Kemajuan yang dibawa Lee Kwan Yew di negaranya membuatnya dipuja sebagai pahlawan. Ribuan, mungkin jutaan orang memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Para pemimpin dunia berkomitmen untuk datang pada upacara pemakamannya. Yang lain turut mendoakan arwahnya dan juga keluarganya. Kalau saya, mendoakan semoga di Indonesia juga ada pemimpin yang seperti itu, yang membawa bangsanya menjadi bangsa yang disegani di dunia. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini