Seorang
teman saya yang berlibur ke Pulau Komodo, pulang membawa oleh-oleh kopi, kopi
flores. Sebungkus kopi itu tak lama kemudian menghuni sebuah toples transparan
yang isinya bisa dilihat oleh semua orang yang lewat.
Beberapa
teman peminum kopi mencoba kopi ini. Saya juga jadi tergoda untuk mencoba. Saya
mencoba menyeduhnya dengan air mendidih. Biasanya saya meminum kopi instan.
Kopi jenis ini tidak perlu air panas yang mendidih.
Behubung
pengalaman minum kopi hitam agak kurang, saya tidak tahu takaran yang tepat
untuk minuman yang lezat. Saya menyendok sesendok kecil ke dalam cangkir saya
yang kecil. Saya menambah gula sedikit, seperti kalau saya meminum teh.
Ternyata racikan saya ini kurang tepat. Kopi itu terasa sangat kental
dan…pahit.
Kali
berikutnya, saya meminta tolong teman saya untuk meracik kopinya. Teman saya
ini memang seorang peminum kopi hitam. Racikannya ternyata pas. Pas manisnya,
pas juga pahitnya. Keahlian meracik kopi memang berbanding lurus dengan
pengalaman rupanya. Saya pun menikmati kopi itu sampai habis, sampai ke
ampasnya.
Dua
kali menikmati kopi flores itu memang menghasilkan pengalaman berbeda. Tetapi
ada hal yang sama. Setelah meminum kopi itu, saya menjadi deg-degan. Jantung
saya rasanya berdegup lebih kuat. Kopi
berwarna hitam pekat itu membuat saya sangat deg-degan. {ST}