Ana

Senin, 09 Maret 2015

Impian Adalah Sesuatu yang Membuat Kita Menangis




            Ketika ditanya tentang impian, banyak orang yang tidak bisa menjawab. Entah karena tidak punya impian atau tidak terbiasa memiliki impian karena sangat susah bermimpi. Ada juga yang takut memiliki impian belum pernah terwujud. Kalau saya, saya sudah punya impian. Impian itu sudah menjadi sebuah daftar yang  sangat panjang. Daftar impian ini sudah saya buat sejak saya berkantor di lantai 12 sebuah perusahaan retail bertahun-tahun yang lalu.
            Banyak dari impian itu yang saat ini sudah tercapai. Rupanya Tuhan sudah berbaik hati pada saya dengan memberikan jalan. Saya tentu saja sangat bersyukur atas kesempatan ini dan tidak menyia-nyiakannya.
            Dari semua impian yang saya buat daftarnya itu, ada yang biasa-biasa aja. Paling enggak biasa menurut pandangan kebanyakan orang. Sesuatu yang saat itu, saat saya menulisnya, belum bisa saya capai. Banyak impian yang sederhana itu telah menjadi kenyataan.
            Pada sebuah seminar kepemimpinan, pandangan saya tentang impian sedikit berubah. Hmm…enggak berubah juga sih sebenarnya. Lebih tepatnya bertambah.
“Impian adalah sesuatu yang membuat kita menangis. Impian adalah sesuatu yang membuat kita tidak lagi merasa malu atau takut untuk mencapainya.” Itu adalah yang saya ingat dari pembicara yang namanya sudah agak saya lupakan. Ssst…saya harus lihat “contekan” dulu, siapa nama pembicara itu. Walaupun tidak ingat namanya, kata-katanya masih teringat sampai sekarang, sampai saya menulis catatan ini.
            Hampir semua impian yang pernah saya tuliskan, tidak membuat saya menangis. Entah karena saya yang tidak mudah menangis, atau karena saya belum menemukan sesuatu yang membuat saya menangis. Kalau saya belum mencapainya, saya rasa karena memang belum waktunya atau saya yang kurang berusaha. Paling enggak, itu yang ada dalam pikiran saya selama ini.
            Pembicara seminar itu membuat saya teringat. Ada sesuatu yang membuat saya menangis, yaitu membahagiakan orang tua. Ini cukup mengagetkan bagi saya sendiri mengingat saya tidak dekat dengan orang tua selama tumbuh besar. Ada kalanya saya sangat jengkel dengan harapan orang tua saya yang menurut saya seenaknya saja tanpa memikirkan anaknya. Membahagiakan orang tua hampir tidak pernah masuk dalam daftar impian saya. Impian saya adalah memenuhi impian orang tua saya yang belum tercapai. Apa sajakah impian itu? Nanti aja, ya, share-nya kalau impiannya sudah tercapai. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini