Di
depan rumah kami di Palangkaraya ada pohon maja yang besar. Pohon ini sudah
tumbuh di tempat itu sejak kami belum
menjadi pemilik rumah ini. Papah, sang pemilik rumah, tetap menjaga pohon itu
dan tidak menebangnya sampai sekarang.
Pohon
itu adalah pohon maja berjenis kelamin jantan. Pohon jantan hanya menghasilkan
bunga. Bunga-bunga itu tak akan pernah berubah menjadi buah, hanya berbunga.
Bunganya berwarna kuning cerah. Cukup indah terlihat dari kejauhan.
Pohon
maja ini hampir selalu berbunga, tidak mengenal musim. Kelopak bunga berwarna
kuningnya mekar di saat musim hujan maupun kemarau. Kelopak bunga kuning itu
pun jatuh ke bumi tanpa mengenal musim. Setiap hari selalu ada kelopak bunga
kuning yang jatuh di halaman kami.
Ibu
saya sempat kesal dengan bunga kuning yang jatuh tanpa henti ini. Halaman yang
sudah disapu, akan kembali “ternoda” oleh bunga-bunga kuning itu. Mamah sering
ngomel-ngomel tak lama setelah menyapu halaman. Lain halnya dengan Papah. Papah
tetap setia menyapu bunga-bunga kuning itu setiap hari. Menyapu kelopak bunga
ini menjadi semacam olahraga tersendiri bagi Papah. Setiap hari Papah
menggerakkan badannya untuk mengumpulkan kelopak bunga kuning itu dengan sapu
lidi. {ST}