Keponakan
saya, si Azarel, sangat terkesan dengan acara pulang kampungnya ketika
merayakan Natal di Palangkaraya. Dikabarkan kalau dia sering bercerita tentang
Palangkaraya pada orang-orang yang ditemuinya, entah itu teman sebaya atau juga
orang yang lebih tua.
Cerita
tentang cerita itu akhirnya sampai juga ke saya, tantenya yang berbeda kota
tempat tinggal dengan Azarel. Saya sehari-hari tinggal di Jakarta. Azarel
tinggal di Jogja. Cerita yang sampai ke saya itu cukup unik. Cerita tentang
kesan Azarel pada kota tempat tinggal kakek dan neneknya itu.
Menurut
Azarel, Palangkaraya adalah kota yang sejuk. Azarel katanya kangen dengan kota
Palangkaraya yang sejuk itu. Sejuk? Hmmm…ini dia uniknya. Sejak kapan
Palangkaraya sejuk? Kota ini selalu terasa panas terik bagi saya. Ketika hujan
pun akan terasa gerah karena lembab.
Kalau
saya pikir-pikir, mungkin Azarel merasa kota itu sejuk karena dia jarang
bertemu dengan teriknya sinar matahari ketika berada di sana. Azarel tinggal di
hotel yang tentu saja menggunakan penyejuk udara. Azarel bepergian dengan menggunakan
mobil yang lagi-lagi menggunakan penyejuk udara. Musim hujan di bulan Desember
membuat cuaca menjadi lebih sejuk. Pohon-pohon di sekitar tempat tinggal
kami juga menambah kesejukan kota
Palangkaraya. Palangkaraya yang sejuk? Ternyata itu bukanlah sesuatu yang
mustahil. {ST}