Bundaran
besar adalah salah satu tempat bersejarah bagi saya. Tempat ini menjadi tempat
bermain dan belajar bagi saya waktu kecil dulu. Tempat ini juga menjadi saksi
kenakalan saya ketika menembak lampu-lampu jalan dengan ketapel.
Tanahnya
yang luas memang sering dijadikan tempat bermain dan beolahraga bagi banyak
orang. Dulu, hampir setiap hari Minggu pagi saya berada di sekitar bundaran
besar ini. alasan resminya untuk berolahraga. Kenyataannya, sih, lebih banyak
bermain dan ngobrol bersama teman.
Pelajaran
utama yang didapat dari bundaran besar adalah kesabaran dan kegigihan. Bundaran
ini menjadi rute pulang sekolah saya ketika SD. Siang hari di Palangkaraya
panasnya bisa jadi sama seperti di gurun pasir. Terik sekali. Pemandangan itu
makin lengkap dengan banyaknya pasir di kota ini. Melintasi bundaran besar
sering menjadi pengalaman melintasi gurun bagi saya sebagai anak kecil kurus
yang enggak doyan makan itu. Perlu kesabaran dan kegigihan untuk mencapai ujung
lain bundaran.
Ketika
mudik ke Palangkaraya di akhir tahun 2014 yang lalu, saya kembali berjalan kaki
ke bundaran ini. Bundaran besar ini tidak lagi terlihat besar seperti dulu.
Tentu karena ukuran badan saya sekarang jauh lebih besar dibandingkan ketika
masih berseragam putih merah. Patung-patung di tengah bundaran tidak lagi
terlihat seperti raksasa. Pohon-pohon yang dulu kecil, sekarang sudah besar dan
mampu menaungi orang yang berjalan di bawahnya.
Saya
memotret bundaran besar ini dari banyak sisi. Sudah seperti turis dari belahan
dunia lain rasanya. Turis seperti ini agak jarang di kota Palangkaraya. Tak
heran kegiatan saya itu menjadi perhatian orang-orang yang kebetulan
melihatnya, termasuk seorang teman saya waktu kecil yang tak sengaja lewat di
situ. {ST}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar