Ketika mobil pribadi kami yang
sudah tua tidak bisa digunakan, kami harus menggunakan kendaraan umum. Di Palangkaraya,
tidak banyak pilihan kendaraan umum yang tersedia. Hanya ada angkutan kota atau
yang sering disebut taksi oleh orang setempat, ada juga taksi argo yang jarang
kelihatan.
Untuk pergi ke tempat-tempat
yang rutin dikunjungi dan jaraknya tidak terlalu jauh, kami sering menggunakan
angkot. Papah dan Mamah juga sudah membiasakan dirinya menggunakan angkot.
Dulu, kami selalu menggunakan kendaraan pribadi atau sekalian berjalan kaki.
Suatu
kali, saya pergi ke pasar bersama Papah. Papah memang sangat suka ke pasar.
Pasar yang kami kunjungi itu letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami.
Sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Namun jarak itu terlalu jauh bagi Papah. Kami akhirnya naik angkot.
Biasanya kalau naik angkot,
Papah selalu memilih duduk di depan, di samping supir. Saat itu, kursi di
sebelah supir sudah terisi. Papah terpaksa duduk di belakang, di kursi
penumpang yang berhadap-hadapan itu. Saya sudah terlebih dulu masuk ke dalam
kabin disusul oleh Papah.
Ketika sayasibuk mencari posisi
yang enak untuk duduk, terdengar bunyi “duk” yang keras. Kepala Papah kejeduk.
Papah harus berhenti sebentar. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya kepalanya
itu. Syukurnya, kepala Papah dilapisi dengan topi.
Saya jadi sedih dan prihatin
melihat keadaan itu. Bagaimana kalau benturan itu membuatnya pusing? Atau
mengakibatkan sesuatu yang mengganggu kesehatannya? Sebagai anaknya, saya akan
menyesal. Kemungkinan kepala terbentur di angkot akan berkurang bila Papah naik
kendaraan yang lebih nyaman. Sepertinya, kami harus segera memiliki mobil baru.
Semoga saja, di tahun 2015 ini saya bisa mendapatkan rezeki yang cukup untuk
membeli mobil baru. {ST}