Pergi
ke pasar adalah kegiatan yang cukup sering saya lakukan dalam perjalan mudik
saya di akhir tahun 2014. Beberapa kali saya pergi bersama Papah, seorang pria
yang gemar pergi ke pasar tradisional. Dalam sehari, saya pernah pergi ke 3
pasar demi mencari keperluan menjelang Natal.
Ketika
kecil, saya tidak suka pergi ke pasar. Selain karena becek dan tidak menarik,
saya juga keberatan bila diminta membawa belanjaan yang berat. Keberatan dalam
arti yang sebenarnya, lo. Barang belanjaan orang tua saya biasanya melebihi
kapasitas kedua tangan mereka, jadi terpaksa harus dibagikan kepada anak kecil
yang sedang ikut ke pasar.
Saya
menjadi tertarik pergi ke pasar tradisional ketika sudah dewasa, ketika saya
bekerja di sebuah perusahaan retail raksasa. Perusahaan ini memiliki banyak
toko dan pasar modern swalayan. Pembeli mengambil barangnya sendiri untuk
dibawa ke kasir. Tidak ada tawar-menawar karena harganya sudah tetap.
Setelah bertahun-tahun di dunia
retail modern, saya menjadi sanagt mengenal layout tokonya, termasuk toko-toko
kompetitor. Layoutnya biasanya mirip. Walaupun berbeda, tetap mengikuti konsep
yang sama. Konsep yang langsung saya kenali ketika menginjakkan kaki di
toko-toko itu. Seragam dan membosankan.
Beda halnya dengan pasar tradisional
yang penuh dinamika. Selain pajangannya yang menurut saya lebih alami dan
indah, di pasar tradisional juga ada proses tawar-menawar barang. Saya suka
menawar barang. Hidup lebih seru rasanya dengan menawar harga barang hehehe...
Pergi ke pasar ketika mudik akhir
tahun 2014 ini adalah hiburan bagi saya. Saya memotret cukup banyak di
pasar-pasar yang saya kunjungi ini. Saya akan membagikannya di blog ini. {ST}