Beberapa
hari ini saya terpaksa bepergian menggunakan kendaraan umum. Mobil kecil
kesayangan saya sedang kurang sehat. Akinya suak karena saya tinggal mudik
terlalu lama. Mocil terpaksa dirawat inap di bengkel untuk mengecek keadaannya.
Menggunakan
kendaraan umum tentunya akan bertemu banyak orang yang tidak kita kenal.
Kadang-kadang saya mengamati orang-orang di sekitar saya. Mulai dari gaya dandannya,
bentuk tubuh, model rambut, atau kegiatannya ketika berada di kendaraan umum.
Suatu
sore di dalam bus transjakarta, saya bertemu dengan seorang ibu muda dengan 2
anak kecil. Kedua anak itu masih balita. Anak pertamanya, seorang anak
perempuan lucu, usianya paling-paling baru 3 tahun. Adik laki-lakinya yang
masih bayi berada dalam gendongan ibunya. Kedua anak ini menempel terus pada
ibunya. Mereka tampaknya sangat senang menaiki bus gandeng itu.
Ibu
itu masih muda. Dari wajahnya, terlihat dia masih sangat muda. Sepertinya jauh lebih muda dari saya. Mungkin dia memang
berwajah imut (seperti yang punya blog ini), atau mungkin juga dia melahirkan
anak-anaknya tak lama setelah meninggalkan masa remaja. Wajahnya terlihat
lelah. Kelelahan itu makin terlihat ketika dia bersandar di kursi.
Dalam
perjalanan singkat itu, sang ibu harus meladeni anaknya yang bolak-balik
bertanya dan meminta sesuatu. Itu baru anaknya yang pertama. Anaknya yang kedua
juga meminta perhatian dengan menunjukkan kerewelannya. Bersandar dengan tenang
hanya berlangsung sesaat. Sepertinya tidak lebih dari 5 menit.
Saya
sempat merasa kasihan melihatnya yang terlihat kewalahan mengurus kedua anak
kecilnya. Apalagi kalau membayangkan dia mengurusnya di rumah, di waktu makan,
atau ada yang ngompol. Tapi rasa-rasanya enggak tepat juga kalau merasa
kasihan. Itu memang sudah tanggung jawab seorang ibu untuk mengasuh dan
mengurusi anaknya. Itu sudah konsekuensi menjadi seorang ibu. {ST}