Buah
murbei adalah salah satu buah yang mengisi keseharian saya di waktu kecil dulu.
Buah yang berwarna ungu kalau sudah matang ini tumbuh di halaman rumah kami.
Letaknya di perbatasan kandang ayam dan kandang bebek. Buah yang rasanya asam
ini adalah cemilan siang setelah makan.
Yang
saya ingat dari murbei adalah daunnya. Daunnya dikabarkan menjadi makanan
favorit ulat sutra. Ulat penghasil serat sutra itu akan tumbuh sehat dan
menghasilkan serat yang indah bida diberi makan daun murbei. Namun, hampir
seumur hidup saya belum pernah melihat ulat sutra, apalagi di pohon murbei
kami.
Kunjungan
ke pohon murbei mulai saya kurangi ketika kandang ayam dan kandang bebek makin
bertambah penghuninya. Pohon yang berada di perbatasan kandang itu makin susah
lagi dipanjat ketika ada angsa yang berkeliaran di bagian bawahnya. Yeah…rumah
kami memang dipenuhi banyak binatang peliharaan.
Di
akhir tahun 2014 yang lalu, saya menemukan sebuah pohon murbei ketika sedang
berjalan kaki. Pohon itu tumbuh di rumah seorang kerabat yang rumahnya tidak
terlalu jauh dari kami. Saya segera mengabadikan momen langka itu. Pohon ini
adalah pohon murbei kedua yang saya lihat dalam hidup saya. Pohon pertamanya
adalah pohon yang tumbuh di perbatasan kandang ayam dan kandang bebek itu. {ST}