Palangkaraya
adalah kota keluarga. Hampir di seluruh kota ini tersebar keluarga kami. Kami
bertemu dengan keluarga hampir di seluruh penjuru kota, termasuk juga di pasar
becek yang jualan ikan. Keluarga yang kami temui di pasar tidak hanya
pembelinya, tapi juga penjualnya.
Suatu
kali, ketika sedang menemani Papah ke pasar, saya melihat anak montok yang
lucu. Anak lucu itu sedang bengong dan terlihat agak ngantuk. Bengongnya itu
membuat wajahnya bertambah lucu. Saya punmenghampiri anak itu dan tanpa sengaja
mencuil pipi nyempluknya dengan gemas.
Papah
yang melihat saya segera turut menghampiri. Ternyata Papah mengenal orang tua
anak lucu itu. Kedua orang tua si anak lucu berprofesi sebagai penjual ikan di
situ. Saya pun dikenalkan dengan kedua orang tua ini. Salah seorangnya ternyata
masih ada hubungan keluarga dengan kami, saya juga kurang jelas yang mana.
Papah
juga mengundang mereka untuk datang ke rumah kami saat Natalan. Merepa pun
memenuhi undangan itu. Si anak lucu datang dengan riang, apalagi ketika melihat
di rumah kami banyak buah rambutan yang ada di pohon. Dengan bersemangat dia
juga ikut-ikutan memetik buah rambutan langsung dari pohonnya.
Ada
seorang kerabat saya yang merasa kasihan kepada anak montok yang lucu ini. Kasihan
karena profesi orang tuanya yang penjual ikan. Hmmm…saya tidak setuju untuk hal
ini. Menurut saya, profesi penjual ikan bukanlah profesi yang perlu dikasihani.
Berjualan ikan adalah pekerjaan halal dan terhormat. Kalau para penjual ikan
terlihat kumuh dan lecek, itu bisa dimaklumi karena mereka harus bersentuhan
dengan dagangannya yang basah.
Saya,
sih, mendoakan semoga si anak penjual ikan itu bertumbuh besar sebagai penjual
ikan juga. Penjual ikan yang terpelajar dan bisa menjadi berkat bagi
lingkungannya. {ST}