Sabtu, 31 Januari 2015
Jumat, 30 Januari 2015
Naik Puncak Monas Pakai Gelang
Sejak
tahun 2014, ada peraturan baru untuk naik ke puncak Monas. Peraturan ini untuk
membatasi orang yang naik ke atas puncak Monas. Pengunjung yang datang dibagi
per jam kedatangannya. Sebagai penandanya, pengunjung diberi gelang yang
warnanya berbeda-beda tergantung jamnya.
Ketika
terakhir kali berkunjung ke Monas, saya juga mau naik ke puncak tugu bersepuh emas itu. Saya mendapatkan
gelang berwarna biru. Gelang itu menunjukkan bahwa saya dijadwalkan untuk naik
lift pukul 14.00 sampai 15.00.
Saat
itu baru jam 12 lebih. Kalau harus menunggu, rasanya kok terlalu lama. Sebagai
orang yang suka akan peluang, saya mencoba mencari peluang supaya bisa naik
lebih dulu. Saya pun menuju ke arah pintu lift. Ada antrean cukup panjang di
depan pintu lift itu. Saya memerhatikan gelang-gelang yang mereka gunakan.
Ternyata gelang-gelang itu sama warnanya seperti yang saya pakai, warna biru.
Melihat
hal itu, saya pun ikut dalam antrian yang kebanyakan berisi anakanak didampingi
oleh orang tuanya itu. Saya melihat-lihat sekeliling apakah ada petugas yang
menjaga di situ? Apakah petugas itu tidak menegur orang-orang yang sudah
mengantri tidak sesuai dengan jadwalnya.
Walaupun
saya juga orang yang “bersalah” karena mengantre tidak sesuai jadwal, saya
tetap penasaran mengapa ada pembiaran itu. Akhirnya saya pun bertanya pada
petugas. Ternyata, pembagian tiket dan
gelang itu sesuai dengan jumlah orangnya. Artinya begini, gelang dengan suatu
warna tertentu disiapkan misalnya 100 buah. Bila orang yang datang lebih dari
100 dan jam yang ditentukan belum tiba, maka gelang dengan warna yang
selanjutnya akan diedarkan. Si petugas itu sendiri tidak tahu berapa jumlah
gelangnya. Mungkin itu juga bukan hal yang penting untuk diketahui. Kemungkinan
juga tidak banyak pengunjung yang datang dan menanyakannya.
Gelang
berwarna ini terbuat dari karet. Di ujungnya ada kancing yang bisa ditautkan.
Gelang ini bergambar logo DKI Jakarta, tulisan “Monumen Nasional” dan
pengaturan jam pengunjungnya. Ketika akan naikmasuk ke dalam lift, gelang ini
harus diserahkan kepada petugas, semacam karcisnya. {ST}
Kamis, 29 Januari 2015
Fitness di Awal Tahun
Salah
satu resolusi saya di awal tahun ini adalah mengurangi berat badan. Saya bertekad
untuk menguranginya dengan memperbanyak olahraga. Saya tidak fokus untuk
mengurangi makanan dulu. Tentu saja untuk makanan tertentu yang sangat berlemak
akan saya kurangi. Namun, untuk mengatur makan sampai kelaparan, lebih baik
nanti saja saya lakukan.
Niat
berolahraga itu sudah beberapa kali saya lakukan. Beberapa kali juga meleset
dari rencana. Rencananya, saya akan berolahraga setiap pagi. Namun, ada kalanya
saya tidak bisa bangun lebih pagi. Niat hanya tinggal niat. Saya kemudian
terbirit-birit bangun dan bersiap-siap ke kantor.
Untuk
melaksanakan niat dengan lebih baik, saya pun mencari informasi di internet.
Ternyata, fitness di awal tahun adalah niat banyak orang di seluruh dunia.
Mengurangi berat badan menjadi resolusi banyak orang di banyak tempat dan di
sepanjang abad. Trend itu terekam dengan baik di mesin pencari internet. Banyak sekali yang mencari informasi tentang
mengurangi berat badan, diet dan fitness di awal tahun.
Ketika
memasuki bulan Februari, perjuangan saya untuk berolahraga makin berat. Entah
karena niat yang kurang kuat atau karena keadaan yang membuat saya makin sering
lalai berolahraga pagi. Sempat terpikir untuk ikut kelas senam aja. Kalau ikut
kelas, dan berbayar, pastinya saya akan lebih niat untuk menjalankannya. Bukan
karena niat juga, sih. Lebih tepatnya karena sayang sudah keluar uangnya. {ST}
Rabu, 28 Januari 2015
Anak Lucu Penjual Ikan
Palangkaraya
adalah kota keluarga. Hampir di seluruh kota ini tersebar keluarga kami. Kami
bertemu dengan keluarga hampir di seluruh penjuru kota, termasuk juga di pasar
becek yang jualan ikan. Keluarga yang kami temui di pasar tidak hanya
pembelinya, tapi juga penjualnya.
Suatu
kali, ketika sedang menemani Papah ke pasar, saya melihat anak montok yang
lucu. Anak lucu itu sedang bengong dan terlihat agak ngantuk. Bengongnya itu
membuat wajahnya bertambah lucu. Saya punmenghampiri anak itu dan tanpa sengaja
mencuil pipi nyempluknya dengan gemas.
Papah
yang melihat saya segera turut menghampiri. Ternyata Papah mengenal orang tua
anak lucu itu. Kedua orang tua si anak lucu berprofesi sebagai penjual ikan di
situ. Saya pun dikenalkan dengan kedua orang tua ini. Salah seorangnya ternyata
masih ada hubungan keluarga dengan kami, saya juga kurang jelas yang mana.
Papah
juga mengundang mereka untuk datang ke rumah kami saat Natalan. Merepa pun
memenuhi undangan itu. Si anak lucu datang dengan riang, apalagi ketika melihat
di rumah kami banyak buah rambutan yang ada di pohon. Dengan bersemangat dia
juga ikut-ikutan memetik buah rambutan langsung dari pohonnya.
Ada
seorang kerabat saya yang merasa kasihan kepada anak montok yang lucu ini. Kasihan
karena profesi orang tuanya yang penjual ikan. Hmmm…saya tidak setuju untuk hal
ini. Menurut saya, profesi penjual ikan bukanlah profesi yang perlu dikasihani.
Berjualan ikan adalah pekerjaan halal dan terhormat. Kalau para penjual ikan
terlihat kumuh dan lecek, itu bisa dimaklumi karena mereka harus bersentuhan
dengan dagangannya yang basah.
Saya,
sih, mendoakan semoga si anak penjual ikan itu bertumbuh besar sebagai penjual
ikan juga. Penjual ikan yang terpelajar dan bisa menjadi berkat bagi
lingkungannya. {ST} Selasa, 27 Januari 2015
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Di rumah kami ada burung tekukur yang dipelihara dalam sangkar di depan rumah. Burung tekukur ini pernah dikira sudah ...
-
Kacamata kuda adalah istilah yang sering digunakan sebagai kalimat kiasan. Orang yang memakai kacamata kuda artinya ...
-
Butuh bujang alias rumput belulang sangat akrab dengan masa kecil saya di Kalimantan. Bagian buah dari tumbuhan ini be...
-
Jeroan adalah makanan dengan banyak peminat di Indonesia. Bagian dalam hewan ini umum dijadikan bagian menu masakan. Di...
-
Di halaman rumah kami, ada sebuah sangkar burung berwarna putih. Hanya ada 1 ekor burung yang menjadi penghuni sangkar...
-
Batu-batuan alami yang diselingi aliran air telah menghiasi bumi selama berabad-abad. Suasana aman tentram dan damai akan se...
-
Dalam budaya Jawa, gong sering digunakan sebagai penanda. Pada beberapa acara, gong dibunyikan bila ada tamu kehorm...
-
Saat berkunjung ke Bali, salah satu yang wajib dinikmati adalah tariannya. Saya juga menyempatkan dan mencari kesempa...
-
Saya tersenyum sendiri ketika melihat ke arah kaki keponakan kecil saya. Anak kecil itu terbalik sepatunya. Sepatu ...
-
Ini dia anak kucing yang terjebak di saluran air itu Di suatu akhir minggu, terdengar bunyi mengeong dari dalam rum...
Isi blog ini
-
▼
2015
(1004)
-
▼
Januari
(129)
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #31
- Capung #42
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #165
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #30
- Naik Puncak Monas Pakai Gelang
- Capung #41
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #164
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #29
- Fitness di Awal Tahun
- Capung #40
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #163
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #28
- Anak Lucu Penjual Ikan
- Capung #39
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #162
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #27
- Juragan Kura-Kura
- Capung #38
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #161
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #26
- Tokoh Disney Idola
- Capung #37
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #160
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #25
- Palangkaraya yang Sejuk (?)
- Capung #36
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #159
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #24
- Belajar Bisnis Baru
- Capung #35
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #158
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #23
- Soto Banjar Dekat Lapangan Tenis
- Capung #34
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #157
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #22
- Tiktiktik Kamar Bocor
- Capung #33
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #156
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #21
- Buah Murbei
- Capung #32
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #155
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #20
- Calon Kapolri Tersangka Korupsi
- Capung #31
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #154
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #19
- Capung #30
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #153
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #18
- Capung #29
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #152
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #17
- Mengurus Perpanjang SIM A (Part 1)
- Capung #28
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #151
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #16
- Abang Angkot yang Jujur
- Capung #27
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #150
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #15
- Kenek Angkot
- Capung #26
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #149
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #14
- Capung #25
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #148
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #13
- Meja Favorit Kami Adalah Kamar Favorit Kami
- Capung #24
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #147
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #12
- Rumah Masa Kecil yang Jadi Restoran
- Capung #23
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #146
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #11
- Ibu Muda Beranak Dua
- Capung #22
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #145
- Pentol Bakso Dicocolkan ke Saos
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #10
- Jalan Berpasir di Palangkaraya
- Capung #21
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #144
- Agus yang Menakutkan
- Telur Asin Busuk
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #9
- Capung Pink
- Capung #20
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #143
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #8
- Berburu Capung
- Capung #19
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #142
- Nyetir Sendiri Ke Tangkiling
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan #7
- Serangga di Pohon Tisik Manjuhan
- Capung #18
- Pawai Budaya Kreatif 2014 #141
-
▼
Januari
(129)