Hari itu, ketika tiba di
Banjarmasin, pikiran saya tertuju pada kendaraan berikutnya yang membawa saya
ke Palangkaraya. Saya tidak memikirkan untuk mampir menikmati kuliner dulu.
Pikiran tentang makanan baru melintas ketika jam makan siang makin mendekat.
Saat hari menjelang siang, saya
dan mobil travel yang saya tumpangi masih di sekitar Banjarmasin. Ini karena
kami menunggu penumpang lain yang PHP, juga karena sang supir menjalankan
mobilnya dengan sangat pelan.
Saya akhirnya meminta supir
mobil travel untuk mengantar saya makan soto banjar. Kalau perjalanan masih 3
atau 4 jam lagi, perut saya tidak akan kuat untuk menahan lapar. Kebetulan
sekali, saat itu mkami berada di dekat penjual soto yang sangat terkenal, soto
di bawah jembatan.
Hari itu adalah hari Jumat,
waktunya sebagian besar orang menunaikan sholat Jumat. Di daerah Banjarmasin,
biasanya tempat usaha selalu ditutup sementara di saat sholat Jumat, termasuk
juga soto di bawah jembatan ini. Ketika tiba di tiba di tempat ini, solat Jumat
belum selesai. Tempat makan itu secara resmi belum dibuka. Saya harus melewati
bagian dapurnya untuk menuju ke tempat duduk yang berada di pinggir sungai.
Saya mengajak serta supir mobil
travel untuk makan bersama. Kami duduk berhadap-hadapan di tempat makan yang
dekat ke sungai. Sekali lagi si abang supir berkata-kata tentang pacaran. Saya
sudah agak malas meladeni percakapan seperti ini, jadi saya menyibukkan diri dengan
memotret tempat di tepi sungai itu sebanyak-banyaknya.
Soto banjar panas disajikan tak
lama setelah dipesan. Rasanya sangat nikmat ketika dimakan selagi hujan.
Nyam...nyam. Kenikmatannya bertambah dengan melihat pemandangan sungai di bawah
jembatan itu. {ST}