Niat untuk menyajikan buah
rambutan dari “pohon natal” agak terhalang oleh beberapa hal. Pertama karena
tidak semua buah rambutan yang matang bisa diambil dengan mudah. Kedua karena
banyaknya semut merah besar yang di daerah sini dikenal sebagai sesu.
Sesu itu menyerang orang-orang
yang mencoba mengambil rambutan di tempat yang buahnya rimbun. Sepertinya
mereka bersarang tak jauh dari buah-buah itu. Orang-orang yang berpengalaman
naik pohon pun banyak yang menyerah karena serbuan sesu ini.
Gigitan sesu terasa perih dan
gatal. Kadang agak panas. Bekas gigitannya tidak cepat hilang. Waktu saya kecil
dulu, bekas gigitan sesu ini menimbulkan luka kecil-kecil yang menjadi koreng ketika
kering. Koreng kecil ini kalau terkelupas akan membuat kulit berwarna lebih
terang. Sekilas terlihat seperti panu. Hiii...
Sampai menjelang tahun baru
2015, pohon rambutan di rumah kami masih banyak buahnya. Buah-buah rambutan itu
bertahan di pohonnya bukan karena tidak ada peminat atau pemiliknya pelit, tapi
karena para sesu menjaganya dengan gigih. {ST}