Ana

Minggu, 09 November 2014

Rumah di Ibukota




                Keluarga kami memiliki rumah di ibukota negeri ini, Jakarta. Rumah ini terletak di tengah kota, di Jakarta Pusat. Rumah 2 lantai ini adalah tempat tinggal saya selama beberapa tahun terakhir ini.
                Walaupun berada di tengah kota yang penduduknya sangat adat, rumah kami ini tidak terlalu terpengaruh. Selalu ada nuansa ketenangan di rumah kami yang didominasi warna hijau ini. Warna hijau adalah warna kesukaan Mamah, sang nyonya rumah. Seorang teman baik saya mengatakan kalau rumah kamai asri. Memang benar juga, sih. Rumah kami memang asri.
                Di rumah kami banyak tanaman. Halaman yang tidak terlalu besar itu menjadi tempat bertumbuh bagi beberapa tanaman. Di jalan depan rumah, ada beberapa pohon peneduh. Pohon-pohon ini mendatangkan burung-burung yang mencari makanan. Kicauan burung menambah asrinya rumah kami. Kadang-kadang, saya sendiri mengagumi keadaan ini. Rasanya seperti bukan di Jakarta. Sesuatu yang sangat layak disyukuri.
                Dalam tahun-tahun terakhir ini, harga properti di lingkungan rumah kami bergerak naik. Kenaikan ini bergerak seiring dengan NJOP di kota metropolitan ini. Kenaikan harga tanah itu, juga berimbas pada kenaikan PBB yang harus kami bayarkan. PBB jadi mahal bingit. Berkali-kali lipat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
                Rumah kami adalah perumahan tua. Yang sekarang tinggal di rumah-rumah kompleks kami, kebanyakan bukan lagi penghuni pertamanya. Perumahan yang dibangun di awal tahun 1970-an ini awalnya dimiliki oleh orang-orang yang masih ikut dalam perjuangan kemerdekaan, angkatan almarhum kakek kami. Kami adalah generasi ketiga yang tinggal di sini.
                Rumah-rumah di sekitar kami banyak yang sudah dijual. Banyak rumah dibeli oleh pemerintah daerah. Rumah-rumah ini kemudian beralih fungsi menjadi kantor perwakilan daerah. Ketika masih kuliah, saya pernah berkeliling kompleks menggunakan sepeda dan mencoba menghitung jumlah rumah yang dijadikan kantor perwakilan daerah. Saat itu ada 5 atau 6 rumah di kompleks kami yang menjadi perwakilan daerah. Ada yang perwakilan tingkat I, ada juga yang tingkat II. Sekarang, rumah-rumah yang dijadikan perwakilan daerah jumlahnya bertambah banyak. Saya sudah tidak lagi kurang kerjaan untuk menghitungnya.
                Rumah kami dibangun tahun 1990-an. Rumah ini dibangun menggantikan rumah lama yang tidak cukup besar untuk keluarga kami yang berjumlah 6 orang. Saat ini, rumah ini terasa terlalu besar bagi kami, 3 orang penghuni tetap di sini. Rumah ini juga sudah memerlukan beberapa perbaikan. Banyak bagian yang sudah perlu diganti. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini