Dalam
jajaran menteri di Kabinet Kerja, ada seorang menteri koordinator yang cukup
menarik perhatian. Dia adalah menteri termuda dan juga seorang perempuan.
Sebuah paduan yang seharusnya mendatangkan kekaguman. Namun, perpaduan itu
tidak cukup untuk membuat saya kagum.
Mbak menteri yang namanya sangat
enggan saya sebutkan ini adalah keturunan mantan presiden. Kakek dan ibunya
pernah menjadi presiden di negeri ini. Namanya menjadi terkenal karena
embel-embel para leluhurnya itu. Kalau prestasinya? Wah, gak tau deh. Gak ada
yang tahu tepatnya. Ngintilin ibu, menurut saya, bukanlah suatu prestasi. Semua
anak kecil juga melakukannya.
Menteri koordinator, bisa
dianggap lebih tinggi jabatannya dibandingkan dengan menteri yang mengurus
departemen. Tugasnya adalah melakukan koordinasi. Diperlukan kecakapan khusus
untuk dapat menjadi menko. Kecakapan ini biasanya berkembang seiring dengan
pengalaman. Dan pengalaman si mbak ini adalah…hanya di lingkup parpol di mana
ibunya adalah ketua umumnya.
Terus terang saja, saya
meragukan kinerja di mbak ini. Dia bahkan menunjukkan ketidakmampuannya di hari
pelantikannya. Ketika para menteri berjalan kaki menggunakan kakinya untuk
berjalan dan berlari di hari pelantikannya, dia malah menggunakan mobil golf
yang biasanya hanya digunakan oleh presiden dan wakilnya. Apakah maksudnya dia
punya obsesi menjadi presiden? Semacam putri mahkota gitu. Emboh, ya. {ST}