Tanggal
20 Oktober 2014 adalah pelantikan presiden RI yang ke-7. Presiden terpilih,
Joko Widodo, secara resmi mendapat mandat untuk menjadi kepala negara kita ini.
Dengan didampingi oleh Bapak Jusuf Kalla, Pak Jokowi akan memimpin NKRI selama
5 tahun ke depan.
Pelantikan dilakukan dalam
sidang paripurna MPR yang dijadwalkan mulai jam 10.00 WIB. Hanya ada 1 agenda
dalam sidang paripurna ini, yaitu pelantikan presiden dan wakil presiden.
Setelah itu, presiden dan wakil presiden yang baru akan menuju ke Istana
Merdeka. Kali ini, mantan presiden juga ada di Istana Merdeka. Mereka mau
menyambut kedatangan presiden baru. Beberapa pihak menyatakan kalau niat ini
sebenarnya menyalahi aturan tata negara. Dengan dilantiknya presiden baru,
artinya Presiden SBY telah menjadi mantan presiden, yang tidak lagi berhak
menganggap Istana Merdeka sebagai rumahnya.
Pelantikan presiden tahun ini
dihadiri oleh hampir seluruh anggota DPR. Hampir itu artinya belum semua. Masih
ada yang tidak hadir. Semoga mereka tidak dapat hadir untuk aalsan yang dapat
dipertanggunggjawabkan. Masa, sih, belum sebulan dilantik sudah ada yang
membolos?
Pelantikan juga dihadiri oleh
seluruh ketua fraksi dari koalisi yang mana pun, para mantan presiden,
tamu-tamu negara dan…mantan calon presiden. Pak Prabowo, yang menjadi lawan
politik bagi presiden terpilih, hadir dalam pelantikan ini. Ini adalah suatu
hal yang sangat melegakan banyak orang, termasuk saya.
Saya
bukanlah seorang pengagum apalagi penggemar Pak Prabowo, namun pilihannya untuk
datang dalam pelantikan ini adalah suatu hal yang layak dipuji. Walaupun banyak
orang yang menganggap kedatangannya adalah pengakuan atas kekalahan, menurut
saya kedatangannya justru tindakan seorang pemenang. Kedatangannya justru
mencerminkan kalau dia lebih mementingkan kepentingan negaranya dari pada
dirinya sendiri atau sekelompok orang (entah namanya partai, koalisi, koneksi,
dll).
Suasana
yang agak mengagumkan dan mengharukan ketika Pak Jokowi menyebut Pak Prabowo
dengan sebutan “sahabat” dan kemudian Pak Prabowo berdiri. Entah pidato itu
hanya sekedar basa-basi atau memang setulus hati, namun dampaknya cukup baik
bagi rakyat negeri ini. Kelompok yang dulunya berseteru karena orang yang
dikaguminya berseteru, sekarang semakin dekat, bahkan mungkin saja menjadi
sahabat.
Pelantikan
presiden dan wakil presiden ini berlangsung cukup singkat. Pelantikan berjalan
lancar, tanpa interupsi, kelakuan khas DPR RI. Pelantikan juga tanpa disertai walk out, salah satu tren di DPR juga.
Berbeda
dengan pelantikan-pelantikan presiden sebelumnya yang menurut saya berjalan
sangat lama dan membosankan. Mungkin dulu-dulu saya juga tidak berminat
memperhatikan pelantikan presiden. Pelantikan kali ini menimbulkan kelegaan,
menimbulkan harapan. A new hope! {ST}