Sehari setelah pelantikan
presiden, saya langsung sibuk kembali dengan pekerjaan saya menyusun artikel.
Artikel ini terkait dengan pelantikan presiden dan kunjungan saya di keramaian
Syukuran Rakyat yang diadakan setelah pelantikan presiden ini. Selain menyusun
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah saya ketahui, saya juga
mencari referensi. Sampai akhirnya saya berhenti pada sebuah artikel yang
mengabarkan tentang komentar seorang pejabat di lembaga tinggi negara.
FZ, wakil ketua sebuah lembaga
tinggi di gedung cat hijau memberikan komentar yang betul-betul aneh. Dia
mempertanyakan mengapa presiden harus memberikan nama-nama calon menterinya ke
KPK. Pertanyaan dan pernyataan anehnya itu dikutip oleh banyak media sehingga
tersebarlah pula ketololannya ke seluruh dunia. Yeah, saya agak kesulitan
memilih kata lain selain tolol untuk komentar seperti ini. Tadinya, saya mau
menggunakan frase “tidak menggunakan otaknya dengan baik”, atau “O2N” sebagai
saudara kembar oon tapi enggak jadi. Asal bunyinya itu pasti membuat banyak
orang yang memilihnya menyesal.
Anak kecil yang mengetahui
singkatan KPK pastinya juga tahu apa maksud presiden membrikan nama
menteri-menterinya kepada KPK. Komisi Pemberantasan Korupsi memang sebaiknya
bekerja sebelum korupsi itu terjadi. Dalam hal koruspi pejabat tinggi negara
sekelas menteri, sudah layak dan sepantasnya kalau KPK sudah terlibat untuk
menyelidikinya. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Metaforanya hampir
sama kaya imunisasi, vaksin, mandi, makan, dll. Sesuatu yang harus dilakukan
bila tidak mau mendapatkan akibat yang tidak baik dan merugikan.
Saya menuliskannya di sini
karena sebagai rakyat jelata, saya tidak berdaya pada pilihan para wakil rakyat
yang memilih orang semacam ini sebagai wakil ketua. Galau juga rasanya, kok,
orang seperti itu ditempatkan jadi pejabat. Ketololannya menurut saya adalah
ancaman bagi negara kita. Saya sungguh tidak rela diwakili oleh orang semacam
ini. Walaupun mungkin saya tidak pintar-pintar amat, paling enggak saya selalu
mencoba melihat segala sesuatu sebagai suatu sebab akibat. Apakah sesuatu ada
tujuannya? Apakah tujuannya baik dan layak diperjuangkan? Itulah yang selalu
mempengaruhi cara saya berpikir. Lah yang ini, ngomong ke publik kok enggak
mikir-mikir? {ST}